Komunikasi Anak Lambat

By Ajeng , Rabu, 11 November 2015 | 22:00 WIB
Komunikasi Anak Lambat (Ajeng )

Tanya:

Bu Mayke, saya Fitri, orangtua dari Keyza. Pada 15 Juli lalu usianya 1 tahun 7 bulan. Perkembangan psikomotorik Keyza termasuk pesat. Di usia 2 bulan ia sudah bisa tengkurap. Usia 6 bulan ia sudah merangkak dan usia 1 tahun ia bisa berjalan. Keyza bukan anak yang bisa duduk diam. Ia aktif sekali. Ia sudah bisa naik dan turun sendiri dari kursi dan tempat tidur.Namun perkembangan bahasa dan komunikasi anakku lambat. Keyza jarang menoleh kalau dipanggil namanya. Teman-teman seusianya, kalau ditanya "Mana ayah?" mereka pasti menjawab "gih", maksudnya pergi. Keyza belum bisa, Bu. Kalau ditanya "Mana kaki?" anak seusianya pasti bilang "ki" sambil menunjuk kaki,  Keyza juga belum bisa. Padahal saya dan suami sering mengajaknya ngobrol, bermain sambil bernyanyi. Tapi, kok rasanya ia sulit sekali meniru apa yang kami lakukan dan kami ajarkan. Paling-paling yang menggembirakan, sekitar 1 bulan ini kalau saya bilang "satu", ia langsung menyambung dengan "ua... ga....” Itu pun jarang-jarang. Istilah saya moody. Terus kalau susu habis, dia memberikan dotnya kepada saya atau suami sambil bilang "ba...ba...." maksudnya tambah. Sebenarnya Keyza suka "mengoceh" dan "cerewet" tapi tidak ada kata yang jelas maksudnya. Bahkan, tetangga suka tertawa kalau mendengar ia "mengoceh". Sehari-hari Keyza hanya bersama saya dan suami. Kami tidak menggunakan jasa pengasuh. Di dekat rumah tidak banyak teman sebayanya. Jadi, memang tidak banyak yang berinteraksi dengan dia. Apakah ini berpengaruh dalam perkembangan bahasanya? Sehari-hari Keyza suka bermain mobil-mobilan dan menonton film kartu Upin dan Ipin. Kalau mendengar lagu Upin dan Ipin ia pasti bergoyang, begitu juga kalau mendengar lagu-lagu yang ia sukai. Apakah yang harus saya dan suami lakukan Bu? Apakah Keyza perlu "sekolah" agar ia banyak berinteraksi dengan teman-teman sebayanya? Apakah kami perlu ke psikolog? Apakah Ibu ada kenalan psikolog di Palembang yang bisa membantu kami? Apakah juga perlu ke dokter THT? Saya sangat mengharapkan bantuan dan saran Ibu. Terima Kasih.

Fitri - Palembang

Jawab:

Fitri, agak sulit bagi saya untuk membayangkan keaktifan Keyza, tapi cobalah sering-sering memangkunya dengan posisi saling berhadapan. Amati bagaimana fokus perhatiannya ketika dia diajak berinteraksi, apakah dia mau saling menatap ketika diajak berbicara, usahakan mengikuti apa yang saat itu sedang menjadi minatnya. Pada surat lain, saya pernah menjelaskan bahwa bagi anak-anak kecil, sebaiknya orangtua mengikuti apa yang sedang diminati anak. Misalnya, ketika duduk di pangkuan ibunya, Keyza memainkan hidung ibunya. Ikuti interes anak saat itu, katakan; "Oh, Keyza pegang hidung Mama, iya ini hidung", lalu keluarkan udara dari hidung sehingga mengenai pipi Keyza. Dengan demikian, Keyza bisa memusatkan perhatian pada topik yang sedang dibicarakan dalam waktu lebih lama, sekaligus melatih konsentrasinya. Amati bagaimana reaksinya, benarkah dia lebih tertarik untuk menyimak ibunya? Bila ya, lakukan hal ini berulang-ulang, sampai anak bosan dan ganti dengan topik lain, tergantung minat anak pada saat itu. Bila dia mengatakan "ba...ba" sebagai pertanda susunya sudah habis dan minta tambah susu, katakan “Keyza mau minum susu lagi?"; "susunya enak?"  Pada intinya, usahakan untuk mengikuti dan memerhatikan apa yang menjadi minat anak saat itu, sambil memberikan penjelasan dalam kalimat pendek, mengeluarkan suara yang sesuai dengan konteks, melakukan gerakan tubuh, ekspresi wajah yang juga sesuai dengan konteks. Mudah-mudahan dengan cara ini perkembangan bahasa Keyza semakin baik, perbendaharaan katanya lebih banyak. Kebanyakan orangtua berusaha merangsang anak untuk berbicara dengan cara menunjukkan benda dan menyebutkan nama benda. Dengan cara ini, menurut hasil penelitian, perkembangan bahasa anak tidak terlalu pesat, karena anak belum tentu berminat pada apa yang sedang ditunjukkan oleh orangtuanya. Bila Fitri akan konsultasi pada psikolog di Palembang, cobalah menghubungi Universitas Sriwijaya atau bisa googling di internet, mencari psikolog anak yang praktik di kota Palembang. Sekian dulu Fitri, saya berharap Fitri bisa memanfaatkan beberapa saran yang telah diberikan. Salam