Anak Malas Belajar

By Ajeng , Rabu, 21 Oktober 2015 | 23:00 WIB
Anak Malas Belajar (Ajeng )

Tanya:

Ibu Mayke, saya ibu dari tiga putra-putri. Anak pertama perempuan (10), yang kedua laki-laki (8), dan si bungsu laki-laki (6). Saya dan suami bekerja. Saya mau bertanya kendala yang dialami anak kedua. Ia malas belajar, Bu. Sehari-hari yang dilakukan hanya main, entah itu games, bermain dengan teman, atau bersepeda. Kalau saya tanya, apakah ada PR atau apakah sudah mengerjakan tugas, jawabannya simpel. “Enggak tahu.” Atau kalau saya tanya, “Tadi di sekolah belajar apa?” Jawabannya, “Lupa.”    Ia memang cenderung cuek, Bu. Oh ya, ia juga terkesan tidak khawatir kalau terlambat sekolah, tidak mau belajar meski hendak menghadapi ujian sekolah. Nilai pelajarannya memang tidak jelek-jelek amat, ya masih rata-rata nilai kelas. Hanya yang saya khawatirkan dengan sikapnya yang cuek itu, Bu. Bagaimana cara menangapi hal ini? Lalu, bagaimana memotivasi dia supaya mau dan giat belajar? Saya menerapkan aturan jam belajar sekitar pukul 18.30 WIB. Akan tetapi itu pun tidak diisi dengan kegiatan belajar yang sungguh-sungguh. Demikian Bu, mohon solusinya. Saya ucapkan banyak terima kasih atas bantuan Ibu Mayke.

Dorothy - BSD, Tangerang

Jawab:

Ibu menetapkan jam belajar pukul 18.30, dugaan saya, pada jam tersebut Ibu atau Bapak sudah ada di rumah untuk memantau dan menemani anak-anak belajar. Sebaiknya pada anak tidak usah ditanyakan setiap hari, “apakah ada PR atau apakah sudah mengerjakan tugas”; “tadi di sekolah belajar apa”. Bila Ibu atau suami menanyakan hal ini berulang kali, lama-kelamaan anak merasa bosan dan tidak lagi memandang pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai sesuatu yang penting. Lagi pula, Ibu tidak bisa berbuat apa-apa ketika dia tidak mau menjawabnya.Apa yang bisa dilakukan? Ajak anak bicara hanya berdua atau bertiga dengan ayahnya. Buat peraturan bahwa dia hanya boleh main games elektronik di akhir minggu dan itu pun dibatasi sehari maksimum 4 jam, sisanya diisi dengan bermain lainnya. Jadi, games perlu Ibu simpan sehingga anak tidak tergiur memainkannya. Tekankan bahwa setiap hari dia boleh bermain sampai pukul 17.30, kemudian mandi, makan dan lain-lain. Pukul 18.30 adalah waktunya untuk mengerjakan tugas dari guru atau membaca buku, dan lainnya.Langsung ajak anak duduk di tempat yang disediakan untuk belajar, suruh dia mengeluarkan buku agenda dan mengecek catatan di agenda. Bila guru tidak membiasakan anak mencatat tugas sehari-hari di agenda, sebaiknya Ibu meminta bantuan guru untuk memantau catatan yang ditulis anak di agenda dan ditandatangani oleh guru. Ketika mengerjakan tugas, suruh dia membuat sendiri; setelah selesai, baru Ibu cek hasil kerjanya. Kalau perlu libatkan ayahnya, karena kadang kala anak  lebih suka dengan cara ayah menerangkan pelajaran tertentu. Aturan yang Ibu terapkan perlu dijalankan secara ajek setiap harinya, mengingat Ibu akan membentuk suatu kebiasaan baru pada anak, yaitu mengerjakan tugas di jam tertentu. Aturan ini pun sebaiknya diterapkan pada dua putra Ibu yang lain. Sangat besar kemungkinannya, di awal penerapan aturan, sulit menjalankannya, tapi bila dilakukan secara ajek, bisa terbentuk kebiasaan baru yang positif. Hanya saja, Ibu perlu menekankan pada anak bahwa dia sudah diberikan kesempatan untuk menjalani hobinya, yaitu bermain dan Ibu beserta suami tetap menunjukkan kasih sayang pada anak, dengan memberikan aturan yang jelas dan memenuhi kebutuhan dia untuk diperhatikan serta dihibur dan diberi dukungan ketika dia gagal atau kecewa atau bersedih.

Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSI.Play Therapis dan Psikolog