Nakita.id - Umumnya, ibu hamil lebih fokus pada pertambahan berat badan sendiri, sedangkan pertambahan berat badan janin kurang diperhatikan.
Anggapannya, jika pertambahan berat badan si Ibu baik, otomatis pertambahan berat badan janin pun baik.
Itu tidaklah salah, karena pertambahan berat badan ibu yang ideal (terkontrol) memang berpengaruh pada pertambahan berat badan janin yang sehat.
Hanya saja, tidak selamanya pertambahan berat badan ibu berbanding lurus dengan pertambahan berat badan janin.
Pasalnya, pertambahan berat badan ibu tak hanya disebabkan oleh keberadaan janin.
Berat badan terjadi akibat timbunan lemak, pertambahan berat rahim, cairan ketuban, volume darah, cairan dalam jaringan tubuh, juga pembesaran payudara.
Baca juga: Pernah Temukan Benjolan di Tangan atau Kaki Seperti Ini? Simak Info Medisnya
Itulah mengapa, selain memantau pertambahan berat badan sendiri, ibu hamil juga dianjurkan memantau pertambahan berat badan janinnya dengan baik lewat USG atau pemeriksaan dokter.
Meski dapat dipantau sejak awal kehamilan, namun pertambahan berat badan janin umumnya baru dihitung di pertengahan kehamilan sampai usia kehamilan 37 minggu.
Umumnya pertambahan berat badan janin bersifat linier.
Pada usia kehamilan 5 bulan, berat badannya berkisar 500 g; masuk usia kehamilan 7 bulan, berat badannya akan mencapai 1.000 g; kemudian menjadi 2.000 g dan 3.000 g saat usia kehamilan 8 bulan dan 9 bulan. Bayi yang lahir cukup bulan, diharapkan berat lahirnya sekitar 2.500—4.000 g.
Baca juga: Moms Barang-barang Ini Tidak Boleh Dekat Kulkas, Akibatnya Bisa Fatal
Selama pertambahan berat badannya normal dan tidak terlihat adanya kelainan, kita wajib bersyukur, karena kondisi ini menunjukkan pertumbuhan janin baik.
Bila kurang, bisa dikejar untuk mencapai berat badan (BB) ideal hingga waktu kelahiran tiba, asal jangan di atas 4.000 g karena sudah tergolong makrosomia (giant baby), juga berat badan jangan di bawah 2.500 g karena termasuk bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Bayi yang lahir prematur (belum cukup bulan) biasanya mengalami BBLR.
Pada kehamilan kembar, berat badan janin yang satu bisa saja sangat rendah karena kalah bersaing dengan janin yang lainnya.
Berat badan janin yang terlalu rendah (di bawah 2.500 g) bisa disebabkan oleh gangguan atau penyakit yang diidap ibu seperti hipertensi, malaria kronik, preeklamsia, anemia, atau bisa juga karena asupan nutrisi ibu sangat kurang yang turut memengaruhi berat badan janin.
Baca juga: Ternyata, Ini Bedanya Kepribadian Anak yang Lahir di Pagi, Siang, Sore dan Malam Hari
Hipertensi dalam kehamilan mengakibatkan aliran darah dari ibu ke plasenta berkurang, sehingga nutrisi untuk bayi juga dapat berkurang.
Sementara jika berat badan janin berlebih (di atas 4.000 g), biasanya disebabkan oleh asupan nutrisi yang berlebih dari ibu, kehamilan lewat waktu, atau bisa juga lantaran ibu mengalami diabetes dalam kehamilan.