Tanya:
Assalamu’alaikum Dok. Putra saya (Fahri) dengan BB lahir 9,5 kg. Sejak lahir ia hanya mengonsumsi ASI. Saat usia 6 bulan saya perkenalkan MPASI namun sering mencret, tetapi badannya tetap gemuk. Ia juga sering keluar masuk RS untuk opname karena mencret. Ketika usianya 1,4 bulan dia mencret lagi dan opname lagi karena disertai demam, sempat kejang dan akhirnya meninggal. Diagnosis dokter setelah anak saya meninggal, katanya, terkena radang otak. Apakah penyebab radang otak? Kenapa bisa di ketahui setelah meninggal? Mohon penjelasannya Terima kasih.
Ika Sri Komala Sari – via facebook
Jawab:
Ibu Ika yang baik, sebelumnya saya turut berduka sedalam-dalamnya atas kehilangan terbesar putra Ibu. Mudah-mudahan Ibu diberikan ketabahan dalam menghadapi musibah ini.
Radang otak atau selaput otak (ensefalitis atau meningitis) memang dapat menyebabkan kematian, terlebih bila terlambat mendapatkan pertolongan atau kebetulan jenis kumannya ganas. Gejala awal dapat tidak terdeteksi karena gejalanya mirip dengan diare biasa. Sering kali demam tinggi, diare atau muntah, kemudian kejang/kaku, dan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis adalah dengan mengambil cairan dari rongga tulang belakang dengan cara punksi lumbal. Tentunya saat kondisi si kecil memungkinkan.
Diagnosis pasti dengan menemukan kuman penyebab dari cairan tersebut. Di Indonesia hal tersebut masih sulit dilakukan karena keterbatasan pemeriksaan laboratorium, sehingga penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan gejala klinisnya dan pemeriksaan penunjang berupa analisis cairan otak (dengan cara punksi lumbal).