Hamil Anak Laki-Laki Lebih Berisiko Lahir Prematur, Benarkah?

By Gisela Niken, Rabu, 13 Juli 2016 | 06:00 WIB
Hamil Anak Laki-Laki Lebih Berisiko Lahir Prematur, Benarkah? (Gisela Niken)

Tabloid-Nakita.com – Sebuah studi melihat bahwa bayi laki-laki lebih mungkin membuat Mama mengalami komplikasi kehamilan dibandingkan bayi perempuan. Studi ini juga menemukan penting untuk mengetahui jenis kelamin janin untuk menentukan langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kehamilan. Ini yang terjadi jika Mama hamil anak laki-laki.Baca juga: Tidak mual berarti mengandung anak laki-laki, benarkah?

Penelitian yang dilakukan oleh University of Adelaide Australia ini menganalisis lebih dari 580.000 kelahiran di Australia selama 1981 hingga 2011. Peneliti ini melihat hubungan antara jenis kelamin dengan kesehatan ibu. Hasil penelitian menunjukkan janin laki-laki lebih cenderung memberikan dampak negatif pada ibu.Baca juga: 5 tanda mengandung anak laki-laki

Hasil dari penelitian ini menunjukkan anak laki-laki berisiko 27% lebih tinggi untuk persalinan pada usia kehamilan 20 hingga 24 minggu. Berisiko 24% lebih tinggi lahir pada usia 30 hingga 33 minggu serta berisiko 17% lebih tinggi lahir antar 34 hingga 36 minggu. Artinya, janin laki-laki memang lebih berisiko lahir secara prematur.

Kelahiran prematur pun membuat banyak masalah saat kehamilan seperti ancaman cacat janin, bayi yang berisiko menderita diabetes gestasional dan menderita preeklamsia. Jika tidak tertangani, tentu hal ini berisiko bagi kesehatan ibu dan janin. “Penelitian ini mau membuktikan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin serta kesehatan kehamilan,” ujar Dr. Petra Verburg, pemimpin penelitian ini.Baca juga: Makin berat timbangan saat hamil kemungkinan anaknya laki-laki

Meskipun  belum jelas apa hubungan antara jenis kelamin dan kesehatan ibu hamil, para peneliti melihat bahwa hubungannya ada pada plasenta. Sebuah studi pada tahun 2014 menunjukkan bahwa gen yang dihasilkan oleh plasenta tergantung dengan jenis kelamin janin. Hamil anak laki-laki akan membuat perubahan pada plasenta yang menyebabkan janin lebih besar daripada anak perempuan. Para peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk menjawab hal ini.(Niken/Medical Daily)