Tabloid-Nakita.com - Meskipun manfaat berkomunikasi dengan janin begitu besar, Mama perlu tahu cara berkomunikasi dengan janin. Sedikitnya ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan oleh Mama dan Papa dalam menjalin komunikasi dengan janin.
1. Hindari menggunakan kata-kata yang bersifat negatifKata yang bersifat negatif, seperti “jangan” atau “tidak”, sebaiknya tak digunakan. Janin belum memiliki pikiran sadar, ia belum mampu memahami kalimat yang disampaikan orangtuanya secara utuh. Saat orangtua mengatakan, “Nak, kamu nanti jangan nakal ya,” maka yang ditangkap oleh janin, besar kemungkinan hanya kata “nakal”. Akibatnya, setelah lahir dan tumbuh menjadi anak yang lebih besar, ia dapat tumbuh dengan perasaan negatif tentang dirinya, yakni anak yang nakal. Oleh karena itu, ubahlah kalimat menjadi, “Nak, tumbuhlah besar menjadi anak yang baik, penurut, dan sayang Mama Papa ya.”
2. Jaga kestabilan emosi MamaJanin juga dapat merasakan segala bentuk emosi, baik emosi positif maupun negatif, yang dirasakan oleh mamanya. Oleh karena itu, Mama perlu menjaga kestabilan emosi; relaks dan bahagialah dalam menjalani kehamilan ini. Papa bertugas membantu Mama menetralkan suasana hatinya, menjaganya tetap bahagia, dan tidak stres.
Ini terbukti dengan klien remaja yang datang ke Personal Growth untuk melakukan tes minat bakat. Dalam mengerjakan tes, juga dari hasil tes, sangat terlihat anak ini mengalami kecemasan. Setelah ditelusuri melalui anamnesis dengan sang mama, tidak ada yang kurang dari gaya pengasuhan yang dilakukan selama ini. Namun mamanya mengaku ketika mengetahui dirinya hamil, ia belum siap dengan kehamilannya. Pada saat itu, ia juga sedang memiliki masalah dengan suami. Akibatnya, dirinya sering kali merasa tegang, khawatir, cemas, dan sedih. Emosi-emosi inilah yang kemudian tampak pada anak remajanya saat ini.
3. Peka terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan janinJanin berespons terhadap segala bentuk komunikasi yang dilakukan orangtuanya melalui gerakan. Ada janin yang menendang-nendang ketika mamanya mengajak berbicara atau bernyanyi untuknya. Inilah bentuk emosi bahagia yang dirasakan si janin. Jika ini terjadi, Mama dapat lebih sering berbicara atau bernyanyi untuknya. Dengan demikian, janin pun akan semakin merasa nyaman dan bahagia.
Ada pula tiba-tiba yang merasakan perutnya sangat sakit ketika berada di tengah keramaian dengan suara gaduh di sekitarnya. Hal ini menunjukkan janin berupaya berespons bahwa ia tidak merasa nyaman dengan suasana yang ada. Sebaiknya Mama menghindari lingkungan itu, jika memang janin tidak menginginkannya.
Saran saat berkomunikasi dengan janin ini tentunya tidak dimaksudkan untuk membatasi cara Mama membangun bonding dengan janin. Namun ada baiknya dipenuhi untuk memastikan janin tumbuh menjadi bayi yang bahagia.
(Utami Sri Rahayu)