Tabloid-Nakita.com - Ada banyak manfaat berkomunikasi dengan janin, baik bagi si janin maupun mamanya. Bagi janin, komunikasi yang terjalin antara Mama dengan janin akan menciptakan kedalaman hubungan emosional antara Mama dengan janin. Janin akan merasa nyaman dan tenang di dalam kandungan dengan mendengarkan suara mamanya, serta merasakan sentuhan kasih sayang dan emosi Mama. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakternya saat ia besar nanti.
Janin dapat diajak berkomunikasi sejak ia mulai berkembang menjadi embrio, yakni sekitar minggu ke-5, saat organ-organ tubuhnya mulai terbentuk, seperti jantung, tulang belakang, sistem saraf pusat, pembuluh darah, dan sebagainya. Dengan berkembangnya organ-organ ini, artinya janin telah menjadi makhluk bernyawa dan mulai dapat merasakan apa yang dirasakan oleh mamanya.
Dengan demikian Mama perlu berhati-hati saat berkomunikasi dengan janin. Jaga kestabilan emosinya ya, Mam. Apa pun emosi yang dirasakan oleh Mama dapat dirasakan pula oleh janin di dalam kandungan. Kelak ini juga dapat berpengaruh terhadapan perkembangan sosial emosi si anak hingga ia tumbuh besar kelak.
Seiring dengan bertambahnya usia janin, komunikasi perlu lebih sering dilakukan. Saat usia 2 bulan, misal, ketika janin mulai dapat mendengar dan mulai melakukan gerakan pertamanya, orangtua hendaknya dapat sering-sering mengajak janin mengobrol. Meski komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah, namun janin sudah mampu mendengar suara-suara dari luar, termasuk suara orangtuanya. Janin juga dapat merasakan ketenangan ketika Mama membelai-belai lembut perutnya.
Untuk melaksanakan komunikasi dengan janin ini memang tidak ada pedoman, idealnya dilakukan berapa kali dalam sehari. Pelaksanaannya kira-kira sama seperti orangtua yang mengobrol dengan anak-anaknya, tidak ada jadwal atau hitungan khusus, kapan boleh dan kapan tidak boleh mengobrol. Kapan pun Mama menginginkannya, Mama dapat melakukannya.
Komunikasi dengan janin tidak hanya dapat dilakukan melalui ucapan ataupun perkataan. Belaian, sentuhan, bersenandung, bernyanyi, berdoa dengan suara yang dikeraskan, semua itu dapat merupakan bentuk komunikasi Mama dengan anaknya. Papa pun perlu melakukan komunikasi dengan calon bayinya melalui cara yang sama seperti yang dilakukan Mama.
Yang perlu dipahami, janin belum memiliki pikiran sadar. Ia belum mampu melakukan filter terhadap apa yang didengar dan dirasakannya. Semua bentuk sentuhan, suara, cahaya, ataupun emosi yang diterima, ia serap secara utuh dan langsung disimpannya di dalam pikirannya. Setelah lahir, pengalaman-pengalaman ini akan tersimpan di pikiran bawah sadar.
Oleh sebab itu, Mama dan Papa perlu berhati-hati saat berkomunikasi dengan janin, termasuk dalam segala bentuk sentuhan, suara, maupun emosi yang bersifat negatif. Janin akan merasakan sakit jika mamanya mengalami kesakitan fisik. Janin pun akan terganggu jika mendengar suara-suara gaduh dari luar.
Itulah mengapa, para ahli lebih menyarankan janin diperdengarkan musik klasik dibanding musik lainnya, agar janin menjadi lebih tenang dan nyaman. Nah, kini Mama tak perlu ragu lagi untuk mengobrol dengan janin di dalam kandungan.
(Utami Sri Rahayu)