Waspadalah, Ahli Epidemiologi Sebut Jumlah Kasus Virus Corona di Indonesia Masih Akan Terus Melonjak Tajam Gara-gara Hal Ini: ‘Potensi Naiknya Sangat Besar’

By Ratnaningtyas Winahyu, Senin, 29 Juni 2020 | 13:00 WIB
Ilustrasi virus corona (Kompas.com)

Nakita.id – Beberapa minggu belakangan ini, pertambahan kasus Covid-19 di Indonesia sungguh mengejutkan.

Bagaimana tidak, jumlah pasien yang bertambah setiap harinya terus mencapai ribuan orang.

Per Minggu (28/6/2020) pukul 20:46 WIB, kasus Covid-19 di Indonesia telah menyentuh angka 54.010 orang.

Baca Juga: Rasa Geramnya Sudah Sampai ke Ubun-ubun, Wakil Bupati Lumajang Ancang-ancang Bakal Lakukan Hal Tegas Ini pada Kades yang Gunakan Ambulans untuk Angkut Kambing

Lantas, apakah jumlah kasus ke depannya masih akan melonjak?

Mengutip dari Kompas.com, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, pun mengatakan tren global, regional, dan nasional relatif sama.

Menurut Dicky, satu-satunya pilihan yang harus dilakukan berbagai negara termasuk Indonesia adalah mengeliminasi Covid-19.

Baca Juga: Salah Kaprah Bila Menganggap Perawatan Pasien Corona Gratis 100%, Kenyataannya Pasien Covid-19 Tetap Harus Rogoh Kocek Sebesar Ini Untuk Mendapat Tindakan

"Maka tidak ada pilihan lain bagi dunia termasuk Indonesia untuk melakukan program eliminasi Covid-19," ujar Dicky, Minggu (28/6/2020).

Saat ditanya soal jumlah kasus harian belakangan ini, Dicky pun menyebut kemungkinan peningkatan kasus masih dapat terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

"Akan terus terjadi (tren peningkatan kasus), karena kasus positif saat ini atau meninggal, karena Covid-19 adalah buah dari penularan yang terjadi 2 minggu lebih yang lalu (inkubasi terlama sampai 28 hari)," jelas Dicky.

Baca Juga: Angin Segar di Tengah Pandemi Covid-19, Anies Baswedan Sebut Virus Corona di Jakarta Sudah Terkendali dan Siap untuk Memasuki Masa Transisi: 'Alhamdullilah'

Akan tetapi, meski jumlah kasus baru yang dilaporkan telah memasuki angka rata-rata 1.000, Dicky mengatakan bahwa kondisi tersebut belum menunjukkan puncak.

"Belum puncak dan potensi naiknya sangat besar," sambungnya.

Lebih lanjut, Dicky menuturkan indikasi ketika cakupan tes masih kurang atau masih banyaknya kasus positif di dalam masyarakat yang belum terdeteksi adalah dari positive rate-nya.

Baca Juga: Kian Mendekati Kebenaran Firasat Wirang Birawa Soal Wabah Virus Corona yang Mereda, WHO Akhirnya Umumkan Dua Kandidat Vaksin Covid-19 Unggulan, Ini Jenisnya

"Secara nasional kan rerata masih di atas 11 persen, idealnya 5 persen ke bawah. Itu pun dengan syarat jumlah tes tetap tinggi, bukan diturunkan," jelas Dicky.

Adapun cakupan tes yang tinggi ini akan berfungsi untuk menjaga supaya layanan kesehatan tetap cukup atau tidak overload akibat banyak pasien memerlukan ICU atau ventilator.

Baca Juga: Diduga Kecolongan karena Bandara Terlalu Ramai, Satu Penumpang Pesawat Ternyata Dinyatakan Positif Covid-19, Puluhan Penumpang Lain Kena Imbasnya

Dicky juga menyebut indikator tes lain, yaitu angka kematian.

"Bila angka kematian masih ada, artinya kita relatif masih di belakang kecepatan penularan Covid-19," pungkasnya.

Duh, semoga kondisi di Indonesia bisa segera membaik ya, Moms.

Baca Juga: Penelitian Baru Soal Covid-19 dari Ahli, Gejala yang Muncul Bisa Mereda dan Berkurang Penyebarannya dengan Berkumur Air Garam: 'Mudah dan Murah untuk Diterapkan'

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "54.010 Kasus Positif, Bagaimana Prediksi Pandemi Corona di Indonesia?".