7 Kelainan Penis pada Bayi Laki-laki

By Dini Felicitas, Jumat, 22 Juli 2016 | 03:30 WIB
7 Kelainan Penis pada Bayi Laki-laki (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Angka kejadiannya memang kecil, namun pantas menjadi perhatian Mama Papa karena akan memengaruhi tugas reproduksi si anak ketika dewasa. Karena itulah, Mama Papa perlu mewaspadai dan melakukan pengecekan apakah terjadi kelainan penis pada bayi laki-laki saat Mama usai bersalin. Bila ditemui hal-hal yang tidak normal, baiknya segera mengonsultasikan ke dokter agar mendapatkan tindakan segera dan tepat.

Berikut beberapa kelainan penis pada bayi laki-laki:

1. Penis kecil (mikropenis) Kelainan ini tergolong sering terjadi, angka kejadiannya 1—8 per 1.000 kelahiran. Mikropenis adalah penis yang memiliki ukuran kecil (terlihat pendek), kurang dari 2,5 cm, tapi buah zakar (testis)-nya normal. Normalnya, ukuran penis bayi memiliki panjang kurang lebih sekitar 3—3,5 cm.

Penting bagi Mama Papa untuk mengetahui ukuran penis anak saat dilahirkan karena akan memengaruhi fungsi reproduksinya kelak. Untuk mendapatkan ukuran yang tepat, tekan daerah pubik di bagian pangkal penis, kemudian lakukan pengukuran panjang penis sampai ujung penis.

Terkadang penisnya tidak kecil, tetapi hanya karena gemuk, daerah pubiknya tertutup lemak, sehingga penis kelihatannya kecil/pendek. Umumnya mikropenis disebabkan kelainan hormon. Apabila diindikasikan, maka dokter akan melakukan tindakan medis untuk mengoreksi ukuran penis anak.

2. Kulup kecil (fimosis) Kulup yang kecil tergolong kelainan alat kelamin yang juga dapat dideteksi dini. Pasalnya, anak yang mengalami ujung kulup penis berukuran kecil dapat ditandai dengan kebiasaan menangis kesakitan ketika buang air kecil. Rasa sakit ini terjadi karena lubang kulupnya sangat kecil.

Umumnya fimosis bukanlah kelainan serius. Untuk mengatasi, cukup dengan disunat. Pilihan lainnya, bila kondisi kulup tidak terlalu kecil, dapat ditunggu hingga anak agak besar, kemudian dicermati perkembangan kulupnya ke arah normal atau tidak. Kalau mengarah ke normal, tidak perlu dilakukan tindakan. Namun bila masih belum normal, sebaiknya segera disunat.

3. Kelainan lubang kencing (epispadia atau hipospadia) Umumnya, posisi lubang kencing yang normal terletak di ujung batang penis. Lubang kencing yang tidak pada posisinya, bisa terletak di mana saja di sepanjang batang penis, dinamakan hipospadia. Bisa di bagian atas (epispadia) atau di bagian bawah penis (hipospadia).

Bentuk lubang yang sangat kecil menyebabkan kebanyakan orangtua tidak mengetahui kondisi ini. Mama Papa dapat menandai, saat si buah hati buang air kecil dan air seni yang dikeluarkan tidak berasal dari tempat yang semestinya. Untuk mengatasi ini, harus dilakukan koreksi melalui bedah plastik agar dapat dibuatkan lubang kencing pada tempat yang semestinya.

4. Hidrokel Hidrokel adalah terdapatnya cairan didalam skrotum, bisa pada satu skrotum ataupun keduanya. Akumulasi cairan dalam skrotum ini dapat terjadi karena adanya gangguan distribusi cairan pada pembuluh vena yang terdapat dalam skrotum dan longgarnya jaringan selaput atau ligamen yang membatasi rongga perut dengan skrotum. Hidrokel adakalanya terjadi bersama dengan hernia inguinal. Umumnya hidrokel tidak memberikan gejala, hanya tampak skrotum dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan ukuran normalnya. Pada pemeriksaan dengan cahaya dapat ditemukan adanya transluminasi.

Biasanya hidrokel dapat terjadi pada bayi-bayi yang baru lahir dan dapat terserap dengan sendirinya maksimal sampai usia 12 bulan. Bila hidrokel menetap sampai usia 12 bulan, dokter akan melakukan tindakan medis berupa pembedahan.

5. Undencensus testis/testis terlambat turun Testis yang terlambat turun ini bukan tergolong kelainan, jadi tergolong normal. Testis hanya mengalami keterlambatan turun ke kantongnya. Mama dapat menunggu dengan rentang waktu toleransi sekitar 3—6 bulan. Ini ditandai dengan tidak adanya testis yang tampak.