Tabloid-Nakita.com - Risma (2,5) meraih sendok kemudian menyendok nasi yang ada di hadapannya. Meski banyak nasi berjatuhan ke meja makan namun Mama tidak memedulikannya. “Ayo terus makannya!” ujar Mama. Ia tahu Risma ingin belajar makan sendiri. Menurutnya ini perlu dilatih karena makan sendiri merupakan salah satu cara mengajarkan kemandirian anak.
Keputusan Mama memberi kesempatan pada Risma adalah tindakan tepat. Anak batita secara perlahan memang perlu diajarkan bagaimana memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Apalagi di usia ini, banyak kemampuan anak yang sudah meningkat, maka mengajarkan kemandirian anak tak boleh ditunda lagi.
Dengan kemandirian yang kuat, selain anak bisa menolong dirinya sendiri, banyak kemampuannya yang juga terstimulasi. Ketika ia mengambil bola sendiri, anak perlu berjalan/berlari lalu berjongkok untuk meraih bolanya. Dengan gerakan ini, stimulasi motorik kasarnya diaktifkan.
Sewaktu makan sendiri, potongan kue di atas piring akan dijimpit dan dimasukkannya ke mulut. Aktivitas menjimpit ini saja sudah merangsang gerak motorik halusnya. Belum lagi keterampilan lain yang ikut terstimulasi seperti penglihatan karena ia berusaha fokus melihat benda yang akan diambil. Karena itu, semakin mandiri si batita, potensi lainnya pun akan ikut terangkat sehingga si kecil pun tumbuh optimal.
Sekarang coba Mama bayangkan yang sebaliknya. Pada batita yang terbiasa dilayani, ia hanya punya sedikit kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya. Untuk mengambil bola yang jaraknya tak lebih dari 1 meter, si batita merengek minta diambilkan. Ia tak mau menggerakkan kakinya serta menggunakan tangannya untuk meraih.
Ketidakmandirian ini selain membuatnya “malas” bergerak, pada akhirnya juga akan membuatnya tergantung pada orang lain, tak punya inisiatif, kurang kreatif, dan lainnya. Jika sifat-sifat ini terus dipupuk, ketangguhannya menghadapi hidup saat ia besar nanti tidak akan optimal.
Apakah si batita tidak boleh sama sekali dilayani? Enggak juga Mam, Pap. Bukankah kemampuan dan keterampilan si batita masih terbatas? Terkadang ia pun butuh perhatian dan layanan dari orangtuanya. Ketika anak minta dilayani, silakan untuk dilayani. Mungkin ia memang sedang cari perhatian dan tidak mau melakukan sesuatu sendiri.
Lakukan stimulasi kemandirian ini dengan pas dan tidak memaksa anak, apalagi kalau setiap hari pasang target. Jangan ya Mam, sebab yang namanya pemaksaan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik.
Seperti apa stimulasi kemandirian yang pas itu? Mamalah yang tahu jawabannya. Mama yang tahu kapan saatnya melayani si kecil sebagai bentuk curahan sayang dan kapan memberikan kesempatan anak belajar mandiri. Setuju?
Narasumber: Tri Puspitarini, MPsi, Psikolog dari Inikami Edu, Jakarta
(Irfan Hasuki)