Tabloid-Nakita.com - Barangkali kita kerap menyaksikan bocah batita meniru kata-kata yang kita ucapkan. Bahkan ia meniru suara dari televisi atau video yang ditontonnya. Kadang kita tergelitik karena lucu mendengarnya. Si kecil ibarat burung beo!
Bila dilihat dari kacamata psikologi perkembangan, perilaku anak suka membeo merupakan proses alami pada tahapan perkembangan bahasa. Proses ini tentu sangat berdampak baik bagi anak usia 1—3 tahun. Sebab dengan membeo, anak menunjukkan peningkatankemampuan berbahasa dan kosakata yang dimilikinya.Tentu, kita akan bergembira saat si batita membeo kata-kata dan kalimat yang positif. Namun bagaimana kalau anak meniru perkataan yang tidak baik? Jangan terburu marah dulu ya, Ma. Kemampuan batita memahami makna kata-kata (yang ia tirukan) masih rendah. Ia belum mempunyai sense of filtering (menyaring) kata-kata, mana yang mengandung makna positif atau bermaknanegatif. Apakah yang diucapkannya itu perkataan baik atau bukan.
Memang sih, ketika ia meniru berbicara kasar/kotor, citra diri anak bisa terancam menjadi negatif, begitu pula citra orangtuanya juga. Karena kita kemungkinan dicap tak becus mendidik anak. Tapi jangan putus asa, karena ada trik agar si batita tak lagi berkata kasar/kotor:
* AbaikanHindari memberikan respons yang ekspresif ketika anak menirukan perilaku negatif atau berucap tidak baik. Respons yang ekspresif justru akan mendorong si batita untuk melakukannya lagi. Pasalnya, anak merasa seperti mendapat perhatian lebih dari orangtua. Bersikaplah tenang dalam menanggapi perilaku anak. Jika sang buah hati masih mengulangi perilaku tersebut maka abaikan. Soalnya, kecenderungan anak hanya mencari perhatian saja.
* Berikan penjelasanTidak perlu dengan mengomel atau bahkan membentak anak. Cukup dengan memberikan penjelasan yang konsisten kepada anak bahwa ucapannya itu tidak baik.
* Berikan konsekuensiJika anak masih mengulangi perilaku tersebut walaupun sudah diberi penjelasan, orangtua bisa memberikan konsekuensi yang bersifat mendidik. Misalnya, tidak diberi kesempatan menonton televisi untuk beberapa saat.
* IntrospeksiHal lain yang tak kalah penting agar anak tak meniru perkataan buruk adalah orangtua harus mencari tahu sumber peniruan anak. Apabila sumber peniruan anak adalah dari orangtua sendiri, Mama-Papa tentu harus menghilangkan kebiasaan menggunakan kata-kata negatif tersebut.
Orangtua harus berhati-hati dalam berkomunikasi dengan si batita. Gunakanlah kata-kata dan kalimat yang positif dalam berkomunikasi dengan sang buah hati. Berikan contoh kepada anak usia 1-3 tahun bagaimana cara berkomunikasi yang baik dan sopan. Misalnya ketika bertemu dengan orang lain, ajarkan untuk memberikan salam dan sapaan selamat pagi. “Halo, apa kabar?” Atau bahkan mengucapkan terima kasih ketika menerima sesuatu atau hadiah dari orang lain.
Jika anak mampu menirukan perkataan dan perilaku yang baik tersebut, hendaknya orangtua memberikan respons positif. Bentuknya berupa reward sehingga akan mendorong anak untuk terus berperilaku baik. Reward yang diberikan bisa berupa pujian atau bahkan kontak fisik seperti pelukan, tepukan di bahu, atau menciumnya.
Usia batita merupakan waktu terbaik bagi anak untuk mempelajari berbagai keterampilan yang akan menunjang dan memengaruhiperkembangannya di masa mendatang. Intinya, sebisa mungkin pergunakanlah kalimat yang positif dalam pola pengasuhan dan mendidik anak. Dengan demikian, tidak ada kejadian anak meniru perkataan buruk dari orangtuanya.
(Hilman Hilmansyah)