Tabloid-Nakita.com - Di usia batita, anak mulai sering bermain. Jika ada orang yang selalu bersamanya di rumah, entah Mama atau pengasuhnya, ia akan banyak meniru apa yang Mama lakukan. Bermain masak-memasak atau membersihkan rumah akan kerap dilakukannya.
Oleh karena itu, Mama sebaiknya tidak membiarkan anak bermain sendiri agar ia mendapatkan manfaat dari mengeksplorasi lingkungannya. Sebagai contoh, tak perlu marah ketika anak melemparkan benda dari atas meja. Hal itu ia lakukan justru karena ingin tahu apa yang terjadi jika benda itu jatuh ke lantai. Jadi, manfaatkan situasi tersebut untuk menjelaskan apa yang ingin diketahui anak.
Bermain memang merupakan faktor penting dalam kehidupan anak. Dengan bermain anak mengembangkan kemampuan kognitif, sosial emosional dan fisik. Anak dapat terhubung dengan dunia di sekitarnya dan belajar memahami situasi, pengalaman dan harapan mereka ketika bermain. Sayangnya, ada beberapa salah kaprah tentang bermain dengan anak yang tidak sejalan dengan kebutuhan anak:
Salah kaprah 1: Bermain dengan anak membutuhkan mainan dan lokasi khusus agar menyenangkan
Penjelasan: Bermain dapat dilakukan secara spontan dan dilakukan di mana saja. Bermain yang dilakukan dengan spontan melatih dan melibatkan kematangan berpikir, kreativitas dan kerjasama yang baik. Bermain spontan misalnya bermain tebak-tebakan benda yang dilihat dalam perjalanan atau bermain tebak gerak tanpa suara.
Salah kaprah 2: Keterlibatan orangtua dalam bermain mengganggu anak
Penjelasan: Keterlibatan orangtua dalam bermain bersama anak sangatlah penting. Tidak hanya menambah kelekatan hubungan, namun juga mendukung komunikasi yang sehat antara kedua belah pihak. Pada usia dini, bimbingan orangtua dalam mengenalkan alat, cara dan aturan bermain sangat diperlukan. Selain itu pemberian mainan ke anak juga harus sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya anak usia 1.5 tahun tentu tidak diberikan mainan yang memiliki banyak bagian kecil karena beresiko untuk ditelan.
Salah kaprah 3: Bermain sambil belajar artinya tidak belajar sungguh-sungguh
Penjelasan: Kegiatan dan pengalaman belajar anak pertama kali didapatkan melalui bermain. Bermain melatih kemampuan berpikir, berkomunikasi, bersosialisasi dan mengatasi masalah. Perasaan santai ketika bermain akan memudahkan anak untuk belajar dan memahami materi. Contoh belajar mengenal warna. Dengan bermain menyusun balok berwarna, anak dapat sekaligus mengenali 4-5 macam warna.
Ternyata, banyak salah kaprah seputar bermain dengan anak yang sering kita lakukan, ya Mam. Semoga pemahaman ini membuat Mama dapat mendampingi anak bermain secara lebih maksimal.
Artikel ini juga dapat dibaca di sini.
(KeluargaKita.com)