Tabloid-Nakita.com - Anak prasekolah yang perkembangan otaknya terstimulasi baik, relatif memiliki kematangan yang cukup dalam berbagai hal. Ia punya rasa percaya diri. Berinisiatif untuk mengomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya, dapat menunjukkan ekspresi emosi yang wajar, memahami konsep disiplin, dan dapat menunjukkan kemandirian sesuai kapasitasnya.
Tak hanya itu, saat memasuki usia sekolah pun akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan teman-temannya, dan tentunya tak sulit mengikuti kegiatan di sekolah dengan baik.
Tapi, meskipun kita sudah merasa maksimal melakukan stimulasi, kok si kecil masih saja belum pinter? Kalau ketemu orang yang tidak dikenalnya, pasti ngumpet di balik rok Mama. Disuruh makan di meja, malah lari-larian. Sudah waktunya tidur, malah masih melotot di depan TV. Dan, parahnya, masih saja ngompol, padahal Mama sudah melakukan tip potty training.
“Beda banget deh sama anak tetangga sebelah rumah. Padahal kayaknya Mama Papanya jarang di rumah tuh,” keluh Mama.
Tenanglah Mama. Bisa jadi proses stimulasi untuk si kecil telah benar dilakukan Mama Papa. Tapi, ingatlah: Setiap anak berbeda, termasuk kemampuannya. Bahkan, untuk anak kembar sekalipun. Karena itu, Mama tak perlu membandingkan anak dengan anak lain. Jangan pula iri dengan keberhasilan orang lain dalam mengasuh anaknya.
Mereka tak sama dalam menangkap dan merespons beragam stimulasi yang diberikan. Walhasil, waktu pencapaiannya pun akan berbeda satu sama lain. Yakinlah, selama anak masih berada pada jalur tumbuh kembangnya, satu dua keterampilan yang belum dikuasai tak menjadi masalah besar. Tetaplah memberinya stimulasi, bisa dengan meningkatkan kualitas atau kuantitas, atau jangan pernah bosan memberikan variasi stimulasi.
Percayalah, anak punya timeline-nya sendiri untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Jadi, bukan soal kapan atau umur berapa ia mencapainya, tapi catatlah toh akhirnya ia bisa juga.
Membandingkan anak dengan anak lain, apalagi dengan si kakak, sungguh tidak bijak. Tapi, bandingkanlah ia dengan dirinya sendiri. Atau, jika masih ingat bandingkanlah dengan diri Mama Papa waktu seusianya dulu. Jangan-jangan ia justru lebih baik. Dan, bukankah hal itu yang memang selalu kita inginkan?
Ingat juga Ma, kalau Mama tak mau dibandingkan dengan mama lain, jangan membandingkan anak dengan anak lain, ya.
Narasumber: Widya S. Sari, MPsi, Psikolog Klinis pada RSUP Fatmawati
(Anindita Budhi)