Tabloid-Nakita.com - Adakah momen yang lebih mengharukan ketika Anda melihat perkembangan anak? Tidak, hal itu bukan terjadi ketika anak diwisuda, atau anak ingin melamar kekasihnya.
Jauh sebelum momen itu terjadi, Anda akan menitikkan air mata ketika melihat si kecil akhirnya mampu mengucapkan “ibu” dengan jelas. Anda mencatat, 17 bulan usianya ketika itu. Tidak sia-sia Anda membiarkan anak seolah hanya menginginkan ayahnya, karena ia lebih mampu memanggil “ayah” daripada “ibu”. Padahal, anak teman-teman Anda sudah bisa mengucapkan “mama” di usia yang lebih dini. Ya, menyebut “mama” memang lebih mudah daripada mengucapkan “ibu”. Namun, kesabaran Anda akhirnya terbayar.
Anda mulai khawatir ketika si kecil mulai lincah berlari, bahkan memanjat meja untuk mengambil mainannya. Bisa-bisanya ia menyeret kursi kecil ke dekat lemari agar bisa menggapai buku bacaan di tempat yang melebihi tinggi badannya. Namun diam-diam, Anda bangga karena si kecil punya banyak akal untuk mengatasi masalahnya.
Ia suka naik-turun tangga, membuat Anda harus mengikutinya sampai kelelahan. Seolah dia tak punya rasa takut. Padahal Anda tahu, itu karena si kecil belum memiliki kontrol mengenai apa yang bahaya dan tidak. Anda hanya bisa menjaganya agar rasa ingin tahunya terpenuhi dengan cara yang aman.
Tetapi di balik segala kekhawatiran dan kelelahan itu, Anda terharu karena menyadari si kecil sudah bukan bayi lagi. Perkembangan otaknya begitu pesat, sampai-sampai Anda lupa kapan si kecil hanya bisa menangis ketika lapar atau kepanasan. Mendampingi anak melalui fase tersebut merupakan cara untuk mengapresiasi “Momen Cerdasnya!” yang tak ternilai harganya. Sama berharganya ketika melihat coretan gambar si kecil yang menunjukkan ibu dan anak berjalan sambil bergandengan tangan. Anda tahu ia menyayangi Anda, ibunya.
Tentu, perkembangan otak si kecil masih terus berjalan. Perjalanan Anda mendampinginya melalui masa-masa tersebut belum usai. Si kecil masih membutuhkan bimbingan Anda hingga waktunya ia masuk sekolah nanti. Dan ini yang dapat Anda lakukan agar tumbuh kembang anak berjalan maksimal:
- Keterampilan motorik
- Perkembangan kognitif
- Perkembangan bahasa
- Perkembangan emosional
Anda bisa mengajarkan kegiatan fisik seperti melompat, menendang bola, dan memanjat tangga. Jika ia sudah mampu berdiri namun masih takut-takut untuk mulai melangkah, berikan permainan push and pull. Berikan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan sensoris motorik (seperti meraih, menggenggam, menyentuh, dan meraba). Pada rentang usia 1 sampai 2 tahun, anak juga sudah bisa disodorkan permainan yang mampu mengembangkan logika berpikir, konsentrasi, dan ketekunannya. Coba ajarkan si kecil untuk mulai berpakaian sendiri.
Pemahaman bahasa si kecil akan menjadi lebih pesat dibandingkan pemahaman mereka akan dunia sekitarnya. Karena itu, berikan pertanyaan yang memancing anak untuk berpikir. Ciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran, antara lain dengan menyediakan media untuk stimulasi, seperti buku, mainan, dan ruang untuk bermain. Berikan juga kesempatan pada anak untuk mengeskplorasi lingkungan sekitarnya. Hal ini terutama penting untuk anak-anak batita, di mana mereka lebih banyak belajar dengan melihat apa yang ada di lingkungannya. Anda bisa merangsang perkembangan kognitifnya dengan menggambar, karena visual akan mempermudah anak memahami.
Anak usia ini memang belajar bahasa dengan cepat. Namun, mereka masih kesulitan mengungkapkan kalimat lengkap dengan makna yang jelas. Seringkali anak masih bingung menyusun kata-kata yang ia pahami. Untuk itu, Anda perlu lebih sering mengajaknya bicara. Cobalah memintanya mengikuti apa yang Anda katakan. Gunakan kalimat sederhana seperti “aku mau makan”. Bacakan cerita dongeng, lalu minta anak menceritakannya kembali. Ketika anak sudah lebih besar, Anda bisa bermain peran di rumah seperti pura-pura menjadi presenter TV atau penyiar radio, dan lainnya.
Balita mulai belajar mengenai hubungan sosial dan sudah mulai mengerti sebuah arti empati. Namun, mereka belum mampu mengendalikan emosi ketika berinteraksi dengan orang lain. Mereka menggunakan cara lain seperti memukul ketika mengatakan tidak. Untuk mengatasi hal ini, Anda harus menjadi contoh karena anak di usia ini lebih senang meniru apa yang menjadi kebiasaan orang sekitarnya.
Misalnya, anak uring-uringan tidak jelas, maunya marah-marah saja meski permintaannya sudah dituruti. Hal ini terjadi karena anak tidak mengenal dengan baik apa yang dirasakannya saat itu. Nah, bantu anak mengidentifikasi perasaannya. "Oh, Kakak kesal ya karena mainanmu diminta adik? Mungkin adik mau main sama kakak. Yuk, kita berbagi mainan sama adik, supaya adik senang."
Selalu bantu anak saat mengembangkan ketrampilan intelektual, motorik, emosional, dan komunikasi, untuk mendukung perkembangan otaknya secara menyeluruh (holistic brain development). Dengan demikian, Anda dan orang-orang terdekat mampu memandang anak sebagai satu pribadi yang utuh, dan tidak berfokus pada salah satu kemampuannya saja. Jika empat aspek tumbuh kembang anak ini berjalan dengan baik, artinya perkembangan otak menyeluruh telah terjadi.
Momen perkembangan anak tentu akan lebih terasa ketika Anda memahami setiap fase tumbuh kembang anak, sehingga Anda tidak sekadar menganggapnya sebagai sesuatu yang sudah lazim terjadi. Ketika anak mulai masuk kelompok bermain, Anda tidak hanya menganggap hal itu “sudah waktunya”. Dengan penuh syukur Anda akan menyadari bahwa anak telah melewati fase-fase tumbuh kembangnya, dan kini bersiap menghadapi tantangan selanjutnya di dunia sekolah.
Luar biasa bukan, jika Anda selalu mengikuti perkembangan anak? Jangan tinggalkan kebiasaan ini. Melalui website Enfa Smart Center, http://www.enfa.co.id/, Anda juga bisa memperoleh berbagai informasi mengenai tumbuh kembang anak. Yuk, Rayakan “MomenCerdasnya!”. Karena setiap momen kecil yang dilalui oleh anak adalah tanda perkembangan otak yang optimal.