Mengatasi Anak Kurang Berprestasi di Sekolah

By Ipoel , Jumat, 6 Februari 2015 | 06:00 WIB
Mengatasi Anak Kurang Berprestasi di Sekolah (Ipoel )

Anak Kurang Berprestasi di Sekolah

Bu Mayke yang baik, saya memiliki 3 anak. Putri pertama (13) dan putra ketiga (8) cukup menonjol di bidang akademis. Berbeda dengan putra kedua (10) yang memiliki kekurangan di bidang akademis. Anak kurang berprestasi di sekolah. Saat guru dan saya menerangkan pelajaran apa pun, termasuk matematika yang sering dianggap sulit, si tengah kelihatannya cepat menangkap. Sayangnya, tak bertahan lama. Belum lagi sepekan, materi yang diajarkan seakan menguap entah ke mana. Apa yang mesti kami lakukan supaya ingatannya menetap panjang? Mohon jawaban dari Ibu Mayke untuk mengatasi anak kurang berprestasi di sekolah. .Tantri – Padang

JAWAB:

Anak kurang berprestasi di sekolah. Tantri, sayangnya tidak ada keterangan mengenai riwayat perkembangan anak kedua sejak bayi sampai dengan usia 10 tahun. Apakah perkembangan fisik, motorik, nalar, bahasanya berlangsung di usia yang sama dengan kakak dan adiknya? Mungkin saja dia tidak secerdas kakak-adiknya atau mungkin pula metode belajar yang diterapkan pada anak tidak tepat. Saya sarankan agar dilakukan pemeriksaan psikologis pada anak kedua agar diketahui di mana letak kendalanya.

Walaupun terkesan anak cepat menangkap apa yang diajarkan, sangat mungkin informasi tersebut tidak tersimpan dengan baik dalam memori jangka panjangnya dan belum dia pahami konsep yang melandasinya. Misalnya, pada soal aritmatika, anak hanya menghafal perkalian bilangan tertentu tanpa memahami apa arti konsep perkalian, apa bedanya dengan penjumlahan, pengurangan, pembagian, apa makna dari pecahan, dan seterusnya. Dengan begitu, anak kurang berprestasi di sekolah.

Berarti perlu meninjau ulang, bagaimana Anda mengajari anak agar dia mampu memahami konsep dasar dari pelajaran yang harus dia pelajari. Bisa dicari tahu cara mengajar yang paling sesuai buat anak.

Mengingat kemampuan berpikir anak usia sekolah dasar berada dalam tahap konkret operasional (Piaget, 1962), maka tidak adil kalau menuntut anak mempelajari materi secara abstrak, mereka masih memerlukan penjelasan yang disertai dengan contoh-contoh nyata. Contoh nyata bisa disampaikan melalui film, pengalaman langsung/praktik, melihat model, dan lain-lain. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah durasi belajar dan keadaan emosi anak.

Sekian dulu penjelasan mengenai putra kedua dari Tantri, dan sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog anak di  kota Anda. Salam. Semoga anak kurang berprestasi di sekolah dapat diubah menjadi berprestasi di sekolah.