Anak Sering Menonton Video

By Ipoel , Kamis, 22 Januari 2015 | 10:00 WIB
Anak Sering Menonton Video (Ipoel )

Anak Sering Menonton Video

TANYA:

Bu Mayke, saya ibu rumah tangga yang juga guru. Saat saya bekerja, anak saya (14 bulan) diasuh neneknya. Saya khawatir anak saya akan “nganggur” alias hanya melakukan kegiatan yang biasa-biasa saja tanpa menyerap informasi baru yang saya rasa penting untuk pertumbuhan otaknya. Saya juga khawatir jika Tabi, anak saya, disuguhi tontonan TV yang tidak sesuai untuk usianya. Anak sering menonton video. Berdasarkan dua alasan tersebut, saya menyajikan video anak untuknya sebelum saya meninggalkan rumah. Meliputi video klip lagu anak-anak, hewan-hewan, dan video edukatif lainnya. Sudah 4 bulan kebiasaan ini berlangsung dan Tabi mendapatkan berbagai inspirasi dari tontonan tersebut, seperti menirukan sampai hafal gerakan ambil napas di video senam penguin, menirukan gerakan “touch your nose” di video Baby`s first moves, dan lain-lain.

Tadinya saya berencana akan terus menyajikan video edukatif dengan materi pelajaran yang sesuai usianya. Namun belakangan saya risau mengingat kegiatan “menonton” hanyalah kegiatan pasif. Secara psikologis, baikkah membiasakan anak menonton video meskipun itu video edukatif? Akankah kebiasaan ini menimbulkan sifat malas pada anak di kemudian hari? Agar kebiasaan ini tergolong sehat, berapa durasi maksimal menonton video per hari? Berapa pula usia minimal anak boleh diperkenalkan pada video/TV, mengingat video sepertinya dapat membingungkan anak tentang mana yang 2 dimensi dan mana yang 3 dimensi? Pada jarak berapa meter sebaiknya anak didudukkan di depan monitor TV sesuai usia? Maaf ya, Bu Mayke, pertanyaan saya banyak. Afni Restasari – via e-mail

JAWAB: Afni, anak sering menonton video, usia Tabi baru 14 bulan, sekalipun seakan-akan dari televisi/film dia mendapatkan banyak kebiasaan baru, namun sebaiknya tidak usah dibiarkan menonton TV/film. Tahun 2001, American Pediatric Association mengeluarkan imbauan agar anak usia 2 tahun ke bawah tidak dibiarkan menonton TV dan tidak melengkapi kamar tidur dengan televisi, bagi anak yang lebih besar dibatasi  menonton selama 10 jam per minggu. Keputusan tersebut dikeluarkan berdasarkan riset-riset sebelumnya yang menunjukkan dampak negatif dari TV/film. Pada anak-anak di Amerika ditemukan bahwa perhatian mereka mudah teralih karena kurangnya atensi, kurang mampu menyimak pembicaraan orang lain dan berpikir, hilangnya empati (dalam Frost, 2008). 

Apa maksud Afni dengan pernyataan “hanya melakukan kegiatan yang biasa- biasa saja”? Apa yang biasanya dilakukan Tabi? Berapakah usia neneknya dan adakah pengasuh lain di rumah? Sebaiknya kegiatan menonton dihentikan dulu untuk sementara waktu. Nanti ketika usianya 3 tahun, berikan jatah menonton film pilihan selama 30 menit per hari dan perlu didampingi. Kalau menonton film tidak dibatasi, dikhawatirkan anak akan meminta menonton terus-menerus sehingga dia tidak tertarik pada kegiatan bermain yang lain. 

Kalau nenek masih cukup muda dan aktif, lebih baik mengajak Tabi jalan-jalan sambil mengamati pepohonan, binatang; mendengarkan lagu anak-anak dari radio atau tape recorder, menjejerkan balok-balok, bermain boneka untuk pura-pura digendong lalu diberi makan, atau bermain puzzle yang ada kenopnya. Bisa juga melihat buku bergambar sambil disebut nama gambarnya, bermain menuang-nuang air, menggelindingkan bola, dan lain-lain. 

Kegiatan bermain yang dicontohkan dapat mengembangkan berbagai macam keterampilan motorik kasar, motorik halus, perbendaharaan kata, mengamati hubungan sebab-akibat, dan laninya. Tidak berarti bahwa permainan yang menggunakan teknologi modern seperti televisi, komputer, iPad, lebih canggih daripada permainan tradisional, sebab masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri. Tidak berarti permainan yang mengasah aspek kognitif adalah yang terbaik, sebab banyak keterampilan yang harus dipelajari anak sebagai persiapan hidup di masa depan. Jadi, anak sering menonton video tidak baik. 

Suasana bermain perlu menyenangkan bagi anak dan pengasuh mengetahui dengan pasti, apa yang sedang dirasakan dan dialami anak. Dari relasi bermain yang positif, anak akan memersepsikan bahwa dunia yang dia hadapi adalah lingkungan yang positif, menyenangkan, menarik, dan menantang untuk dijelajahi lebih lanjut. Jangan sampai anak sering menonton video