TANYA:
Ibu Mayke yang saya hormati, saya ayah dua anak lelaki (8 dan 3). Setelah 10 tahun bekerja kantoran, saya memutuskan untuk berbisnis di rumah, menjalankan usaha yang selama saya ngantor hanya menjadi sampingan. Hasilnya lumayan sehingga secara ekonomi kami tidak bermasalah. Sudah empat bulan ini saya menjalankan usaha sendiri.
Karena istri bekerja di kantor, otomatis saya menjadi bapak rumah tangga sambil mengurus bisnis. Terus terang saya menyukai peran ini, karena anak-anak jadi dekat dengan saya. Tapi baru-baru ini si sulung pulang sambil marah-marah, karena kesal bapaknya dibilang penganggur oleh anak tetangga. Katanya, ia menjadi malu. Padahal berbisnis di rumah adalah pilihan saya sendiri yang disetujui istri.
Bagaimana ya, Bu, menjelaskan pada anak bahwa bisnis di rumah sama terhormatnya dengan bekerja di kantor? Bahkan, saya ingin mendorong mereka nantinya punya usaha. Artinya, saya ingin anak-anak melihat, walaupun nantinya mereka jadi karyawan, tetap punya keterampilan yang bisa menghasilkan materi. Mohon pencerahan Ibu Mayke. Arriyanto - JakartaMas Arri, saya hargai kerja sama Anda dan istri. Semoga usaha di rumah semakin berkembang dan sekaligus bisa mengawasi serta dekat dengan anak-anak.
Soal bisnis di rumah, boleh mengajak anak membaca bisnis yang belakangan berkembang di masyarakat luas. Sajikan dengan bacaan-bacaan sejenis agar anak paham bahwa mencari uang tidak harus bekerja di kantor sebab rumah sekaligus bisa berfungsi sebagai kantor dan banyak segi positif yang bisa diperoleh dengan berkantor di rumah. Apalagi di Jakarta.
Berikan pembandingan bagaimana keadaan ketika Anda bekerja di kantor ketimbang di rumah; dari waktu yang digunakan untuk perjalanan, ongkos jalan, dan seterusnya. Berikan pembandingan pemasukan yang diperoleh dengan bekerja di rumah dan sisi positif lainnya dengan bekerja di rumah. Kalau memungkinkan, libatkan anak dalam bisnis Anda, Mas Arri. Semoga jawaban ini cukup jelas. Salam.