TANYA:
Ibu Mayke yang baik, saya bapak dua anak. Kakak adik kerap bertengkar. Anak sulung saya (4), kalau berantem dengan adiknya (2,5) suka memukul, menjambak, kadang menggigit. Adiknya sampai menjerit-jerit. Makanya saya sering memisahkan mereka kalau main bersama sebab ujung-ujungnya mereka berantem. Padahal sebagai kakak-adik, saya ingin mereka selalu bersama dan akur. Bagaimana jalan keluarnya untuk mengatasi kakak adik kerap bertengkar, ya, Bu? Saya sangat menantikan jawaban Ibu Mayke.Irfan – DenpasarKakak adik kerap bertengkar adalah hal biasa. Pertengkaran, saling rebut, sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak, apalagi usia mereka masih di bawah lima tahun. Mereka hanya bisa melihat kepentingan pribadi dan belum paham bahwa tindakannya bisa mencelakakan adik/kakaknya. Oleh karena itu, perlu pengawasan orang dewasa agar sebelum terjadi pertengkaran bisa segera dicegah.
Mengapa kakak adik kerap bertengkar? Karena ingin menjadi pusat perhatian, ingin menang sendiri, rasa persaingan, cemburu. Persaingan dan rasa cemburu antar anak semakin mencuat bila orangtua sering berpihak pada salah satu anak, entah melalui tindakan fisik ataupun komentar yang dilontarkan. Sering kali orangtua beranggapan bahwa kakak harus mengalah atau sebaliknya. Sikap ini tidak dibenarkan sebab anak yang selalu harus mengalah merasa diperlakukan tidak adil, tidak disayang; sebaliknya anak yang dimenangkan, tidak belajar bertanggung jawab terhadap ulahnya, selalu ingin benar sendiri. Rasa cemburu dan persaingan bisa berkembang menjadi tidak sehat ketika anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa, karena itu tidak heran bila Bapak menjumpai saling berebut harta atau mencelakai antarsaudara kandung.
Dalam rangka membuat kedua anak ini tidak saling rebut dan menyakiti satu sama lain, maka Anda atau istri perlu menemani/mengawasi mereka ketika bermain. Usahakan mendamaikan anak sebelum keduanya saling menyakiti. Sebagai contoh, adik memainkan mainan X, kakak juga ingin mainan yang sama. Langsung orangtua mengajak mereka memainkannya bersama-sama bila permainan itu bisa digunakan bersama-sama. Bola, boneka, pasel, balok susun, bisa dimainkan bersama-sama.
Cara lain, bujuk anak dengan mengalihkan ke mainan lainnya dan janjikan setelah dimainkan oleh saudaranya akan tiba giliran anak untuk memainkannya (khusus untuk mainan yang hanya bisa dimainkan secara individual). Demikian pula bila berebut minta digendong oleh salah satu orangtuanya, bisa menetapkan aturan pada anak untuk bergiliran digendong. Masalah siapa dulu yang digendong, bisa ditentukan bergantian. Misalnya, hari ini kakak dulu, kali kemudian adik dulu, dan seterusnya. Anak perlu belajar mengendalikan kehendaknya. Sekian dulu, semoga bisa mengajak istri dan orang dewasa lain di rumah untuk bekerja sama mengasuh dua anak balita ini. Salam. Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSI.Play Therapist dan Psikolog