Khawatir Anak Laki-laki Kewanita-wanitaan

By Ipoel , Rabu, 5 November 2014 | 21:00 WIB
Khawatir Anak Laki-laki Kewanita-wanitaan (Ipoel )

TANYA:

Bu Mayke, saya ibu dari seorang putra (5). Sehari-hari kesukaannya bermain terus tanpa  ingat waktu. Kadang bermainnya itu bersama anak perempuan. Apakah ada pengaruhnya terhadap perilaku dia nantinya? Saya khawatir Masalahnya saya ibu bekerja, jadi mungkin waktu untuk bertemu dan bersamanya sangat kurang. Saya khawatir anak laki-laki kewanita-wanitaan. Bagaimana solusinya, Bu? Terima kasih.Anti – via e-mail

JAWAB:

Maaf Bu, si kecil bermain tanpa kenal waktu, apa maksudnya? Atas laporan siapa? Pengasuh yang kurang paham perkembangan anak dan ciri anak balita ataukah dari hasil pengamatan Ibu ketika di rumah? Apa kegiatan bermainnya, siapa yang menemaninya bermain? Apakah di lingkungan rumah lebih banyak anak perempuan, selain pengasuh yang juga perempuan? Sayang sekali informasinya kurang, Bu Anti.

Bu Anti, saya tidak tahu bagaimana kondisi di rumah, tapi kalau bisa, ketika si kecil bermain, fasilitasi kegiatan bermain yang beraneka ragam. Jangan Khawatir anak laki-laki kewanita-wanitaan selama ada pendampingan. Boleh saja dia bermain guru dan murid, jadi jagoan, masak-masakan, jual-jualan dengan teman perempuannya, selain teman laki-lakinya. Bermain peran semacam ini bisa menambah perbendaharaan kata anak, misalnya tentang nama benda yang dijual, transaksi yang terjadi, soal harga barang, dengan uang Rp1.000 hanya sekian potong “kue” yang bisa dia beli, dan seterusnya.

Minta pengasuh bercerita dari buku bacaan, sediakan buku bacaan untuk anak dan ajarkan pengasuh bagaimana membacakan buku supaya menarik untuk anak kecil. Fasilitasi dengan berbagai mainan seperti sepeda roda dua yang diberi penunjang, bola, buku mewarnai gambar yang sederhana (jangan yang rumit), buku kerja untuk anak TK yang bisa dibeli di toko-toko buku (khusus untuk buku kerja, lakukan tanpa paksaan).

Ketika Ibu libur bekerja, temani anak bermain yang asyik-asyik, berenang di kolam plastik atau di kolam renang, ajak ke lapangan untuk sekadar berlari-lari , menendang, menangkap bola, main sepeda, otopet, sepatu roda, manjat-manjat, perosotan, dan lain-lain. Di rumah, ajak dia mewarnai gambar, yang sangat bergantung pada kapasitas anak. Berapa lama dia bisa bertahan mewarnai gambar, mendengarkan cerita, sesuaikan dengan kapasitasnya. Setidaknya setiap kegiatan minimum 5 menit lamanya. Ajak si kecil membuat sesuatu, entah itu dari barang bekas atau dari kertas yang digunting, semuanya memerlukan tekad dan kreativitas orangtuanya.

Sejauh mana perilaku anak akan menjadi kewanita-wanitaan? Bergantung pada banyak faktor. Apakah dari bawaan sudah ada kecenderungan agak kewanita-wanitaan, tentunya jenis ini semakin mudah terpengaruh oleh perilaku para perempuan di sekelilingnya. Dengan demikian, Ibu perlu memerhatikan teman bermainnya, apakah dikelilingi kaum perempuan. Akan tetapi, kalau faktor bawaan tidak kentara, lebih kecil kemungkinannya dia akan menjadi kewanita-wanitaan. Fasilitasi kegiatan anak dengan permainan beraneka ragam, tapi sekali lagi, sesibuk apa pun ibu dan ayahnya bekerja, coba luangkan waktu untuk menjadi teman bermain yang mengasyikkan buat anak. Sekian dulu Bu Anti, selamat mempraktikkan saran-saran di atas.