Anak Didiagnosa Autis

By Ipoel , Senin, 29 September 2014 | 07:54 WIB
Anak Didiagnosa Autis (Ipoel )

TANYA:

Bu Mayke, anak saya, Shafa (2) belum bisa bicara, hanya bisa “aaah… uuuh…” kalau menginginkan sesuatu sambil menunjuk. Namun, bila dipanggil mau menengok dan bisa disuruh mengambilkan sesuatu. Dia mau bermain dengan teman sebaya tapi selalu diam saja. Saya pernah membawa Shafa ke dokter di kota saya. Setelah diperiksa, anak didiagnosa autis. Akan tetapi, setelah saya bawa ke Jakarta dan minta second opinion ke RSCM, setelah diamati, katanya, Shafa tak ada masalah. Dokter B mengatakan, setiap perkembangan anak berbeda, yang penting orangtua harus telaten. Saya juga dianjurkan membawa anak ke terapi wicara. Saya jadi bingung. Menurut Bu Mayke, pendapat dokter mana yang harus saya turuti? Terima kasihYunita – via e-mail

JAWAB:Bu Yunita, berdasarkan informasi yang terbatas, saya menduga kuat bahwa Shafa tidak mengalami autisme. Anak didiagnosa autis, tidak dapat melakukan apa yang si kecil lakukan, yaitu  mau dan mampu melakukan suruhan, berarti dia memahami apa perintahnya; mau menengok ketika dipanggil; dan mau bermain dengan teman sebayanya.

Pertanyaan saya, apakah dia bisa memusatkan perhatiannya ketika ditunjukkan sesuatu, entah ditunjukkan mainan atau mendengarkan cerita orang lain? Bila jawabannya “ya”, berarti Shafa mau dan mampu memerhatikan pesan orang lain. Yang membedakan anak autisme dan non-autisme, salah satunya adalah pemahaman terhadap perintah. Pada anak yang mengalami autisme, anak-anak ini sulit memahami pesan yang disampaikan oleh orang lain. Mereka baru bisa memahami perintah atau pertanyaan sederhana setelah mengikuti sejumlah terapi, biasanya diawali dengan terapi sensory integration, floor time, dan terapi wicara. 

Saran saya, terapi wicara merupakan salah satu cara yang perlu segera dilakukan. Selain itu, sebaiknya tetap berkonsultasi ke RSCM atau klinik tumbuh kembang lainnya untuk dilakukan pemantauan. Paling tidak 3 bulan sekali dalam rangka mengamati bagaimana perubahan yang terjadi, apakah cukup pesat atau lambat. Bila lambat, maka bisa diambil tindakan lain yang diperlukan sesuai dengan hasil pemeriksaan para ahli setempat.

Sekian dulu, semoga Shafa segera mendapat penanganan yang tepat oleh ahlinya. Rajin-rajinlah berkonsultasi sebab perkembangan bahasa paling pesat terjadi di tiga tahun pertama.