Takut Meniru Idola

By Ipoel , Senin, 8 September 2014 | 10:00 WIB
Takut Meniru Idola (Ipoel )

TANYA:

Ibu Mayke yang baik, saya ibu dari seorang putri berusia 11 tahun. Syukur pada Tuhan, sejauh ini tak ada kendala perkembangan yang mengkhawatirkan. Ia tumbuh dan berkembang dengan baik, sehat, cerdas, dan berperilaku baik. Setiap tahapan usia memang ada tantangan tersendiri ya, Bu, termasuk di usia anak saya yang praremaja ini, tantangan yang menurut kami tergolong berat adalah dari luar lingkungan rumah. 

Ibu Mayke, anak saya—seperti halnya anak-anak lain seusianya—memiliki idola penyanyi remaja dari luar negeri Justin Bieber. Sang idola ini memang sepertinya sedang digandrungi remaja di dunia. Kayaknya kalau anak tak mengidolakan apalagi tak tahu sama sekali dengan sosok penyanyi ini, sepertinya kuper dan enggak gaul. Nah, masalahnya, ada hal negatif yang kami khawatirkan akan ditiru oleh anak-anak, terutama putri kami. Ternyata sang idola ini berperilaku layaknya orang dewasa, berpacaran, berpelukan, mencium (maaf) kekasihnya itu. Gambar atau foto-foto hal ini bisa dilihat oleh anak-anak, baik melalui majalah ataupun akses internet. Pertanyaannya, bagaimana sikap terbaik kita sebagai orangtua? Bagaimana cara kita menempatkan posisi tetap sebagai ”teman” tapi juga tetap mengontrol atau menyortir apa yang baik dan tidak buat dia? Anak usia ini mood-nya fluktuatif sehingga sepertinya perlu pendekatan tertentu. Demikian Bu Mayke, sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas penjelasannya. Salam. Sarah – Jakarta

JAWAB:Remaja cenderung menggandrungi tokoh tertentu. Namun, apakah si remaja dengan mudah akan meniru perilaku tokoh yang diidolakan, hal ini dipengaruhi oleh banyak hal. Apabila keluarga Ibu sudah menanamkan rambu-rambu mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan ada alasan yang masuk akal, maka remaja tidak akan begitu saja meniru perilaku negatif yang ditunjukkan oleh tokoh tersebut.

Tekanan dari teman sebaya akan berpengaruh lebih besar, bila teman-teman kelompoknya menganggap belum punya pacar di usia remaja dianggap kuper, maka bisa saja bagi anak-anak yang tidak punya pendirian, akan mudah terpengaruh. Selain itu, anak pun bisa melihat contoh dari sepupu-sepupu di sekelilingnya, apakah sudah menjadi suatu tren bahwa di kalangan keluarga terdekat, pacaran di usia remaja menjadi sesuatu yang biasa dan sering dibicarakan.

Jadi, Ibu tidak usah terlalu khawatir bahwa remaja putri Anda akan dengan mudah meniru perilaku idolanya, sejauh keluarga mempunyai rambu-rambu mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kalau saja putri Ibu mulai tertarik pada remaja laki-laki, tidak usah langsung dilarang, tapi ajaklah dia berbicara sebagai teman, agar anak mau menceritakannya secara terbuka. Katakan, Ibu ingin berkenalan dengan teman yang dia gandrungi, ajak ngobrol  apa yang menyebabkan dia suka pada teman tersebut. Biasanya anak usia remaja cepat beralih, merasa suka pada seseorang ke orang lain hanya dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan saja.

Kemudian, nyatakan bagaimana pengalaman ibu dan ayahnya (atau kenalan lain) ketika remaja dan apa yang tidak menyenangkan ketika rasa suka pada seseorang harus berakhir karena ditolak atau dikhianati. Belum lagi pergaulan menjadi terbatas sebab harus menjaga hubungan dengan “pacar” dan betapa tidak enaknya bila dilarang berteman dengan teman-teman lainnya.  Oleh karena itu, lebih baik tidak usah berpacaran di usia muda, lebih baik menjalin pertemanan dengan banyak orang. Semoga Ibu dan suami bisa menjalin komunikasi secara terbuka dengan putri yang beranjak remaja dan jangan terlalu khawatir dulu. Salam.