Suka Mentil dan Pemalu

By Ipoel , Jumat, 5 September 2014 | 08:00 WIB
Suka Mentil dan Pemalu (Ipoel )

TANYA:

Bu Mayke, anak perempuan saya (2,6) suka mentil siku bunda atau ayahnya, terutama dilakukan ketika mau tidur. Kebiasaan suka mentil ini bermula ketika saya menyapihnya. Apa efek dari kebiasaan mentil ini, Bu? Apakah mentil ini menandakan ada kendala psikologis? Hal lain yang ingin kami konsultasikan, anak saya cenderung malu untuk berbaur dengan teman-temannya. Bila ada sekelompok orang yang berbicara dengan suara keras atau tertawa keras, dia langsung menangis dan merajuk. Kenapa begitu ya, Bu? Apa yang perlu kami lakukan? Apakah masalah ini akan berlanjut hingga ia besar? Terima kasih atas penjelasannya. Mama Putri - via e-mail

JAWAB:

Mentil siku bunda atau ayahnya merupakan suatu kebiasaan. Apakah kebiasaan suka mentil tersebut menunjukkan adanya kendala psikologis? Pada awalnya tidak, karena hanya merupakan kebiasaan anak untuk memperoleh kenyamanan. Pada si kecil, bisa merupakan pengganti rasa kehilangan karena ia tidak lagi menyusu pada ibunya. Akan tetapi, lama-kelamaan kebiasaan  suka mentil ini ini bisa menjadi kendala psikologis, misalnya bila tanpa mentil,  anak tidak bisa tidur, tidak bisa berjauhan dengan ibu atau ayahnya.

Secara tidak disadari, suka mentil ini itu membuat anak bergantung pada orangtuanya, sebab tanpa orangtua ada di dekatnya, dia tidak bisa melakukan kegiatannya secara mandiri, merasa kurang percaya diri. Hal ini sudah terlihat gejalanya, antara lain malu berbaur dengan teman-temannya. 

Sering kali saya kemukakan pada para orangtua yang mempunyai anak pemalu agar orangtua menyediakan waktu dan kesempatan bagi anak untuk sering-sering bertemu dengan teman sebayanya dan orang lain dari berbagai usia. Tujuannya agar lambat laun melalui pembiasaan tersebut, anak tidak terlalu canggung lagi berteman dan bericara dengan orang lain.

Mengapa si kecil menangis dan merajuk bila mendengar suara atau tertawa yang keras? Mungkin saja indra pendengarannya termasuk peka, sehingga suara sekeras itu dirasakan sangat mengganggu. Akan tetapi, dia perlu dibiasakan menghadapi situasi yang muncul secara tak terduga. Pada kesempatan lain, kalau si kecil menangis ketika mendengar suara atau tawa keras, cukup memeluk dan menenangkannya dan katakan bahwa itu suara orang yang berbicara atau tertawa. Bila dia sudah terbiasa mendengar hal ini, lama-kelamaan si kecil mampu mengatasinya. Pada intinya, ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, anak perlu belajar untuk menghadapinya, kecuali bila situasinya mengancam keselamatan anak.