Anak Sering Menangis dan Menjerit, Salahkah Saya Mendidik?

By Ipoel , Rabu, 7 Mei 2014 | 02:00 WIB
Anak Sering Menangis dan Menjerit, Salahkah Saya Mendidik? (Ipoel )

TANYA: 

Dear Bu Mayke, anak kedua saya (17 bulan) akhir-akhir ini perilakunya membuat saya pusing dan bingung. Kalau ada maunya mesti dituruti. Pernah saya coba diamkan saja, akan tetapi sudah lebih 1,5 jam tangisnya tak kunjung berhenti. Akhirnya saya mengalah lagi, mengingat saat itu ia sedang pilek. Yang lebih parahnya lagi, tiap malam jika ia minta susu atau hendak pipis, dia menangis dan menjerit-jerit sambil menendang-nendang. Dibujuk tak mempan, digendong tak mau, saya sampai kewalahan mengatasinya. Dulu saya bisa mengatasi dengan memberi susu, digendong, atau dimarahi kalau sudah kelewatan, dia pasti langsung diam. Akan tetapi belakangan ini kelakuannya makin menjadi-jadi. Saya jadi khawatir, apa ada yang salah dengan anak saya? Apa saya salah mendidik karena sering kali jika ia mulai menangis jerit-jerit dan tak bisa dikendalikan, saya cenderung memarahi dia. Kalau dulu cara saya selalu berhasil, namun belakangan sudah tidak mempan lagi. Bagaimana ya Bu cara mengatasinya? Mohon sarannya.Terima kasihShirley - BanjarmasinJAWAB:Shirley, memang ada anak-anak yang lahir dengan kemauan keras dan hal ini jadi bermasalah ketika mereka cukup sering berperilaku keras-kepala, tidak bisa menunggu barang sejenak, menangis keras, berguling-guling di lantai, dan seterusnya (tantrum). Kunci dari penyebab anak berulah seperti ini biasanya berawal dari bagaimana orangtua memperlakukan anak-anak ini ketika mereka berulah. Ada anak yang tantrum karena meniru anak lain yang berhasil mendapatkan keinginannya setelah berguling-guling, atau suatu ketika anak sangat marah dan tantrum, lalu orangtua kebingungan, tidak tega, dan akhirnya memberikan apa yang dia minta. Alhasil, anak mempertahankan perilaku tantrum.  Anak ini bisa menangis sampai 1,5 jam sehingga Ibu akhirnya memenuhi permintaannya dengan alasan saat itu dia sedang pilek. Dari sinilah anak belajar bahwa dia harus menangis semakin keras, semakin lama agar mendapatkan apa yang dia minta. Sama halnya dengan minta susu, mau pipis dan lain-lain. Tampaknya dia mudah kesal dan marah. Sekarang dia sudah tidak mempan dimarahi, digendong, dibujuk. Coba atasi hal ini dengan cara mendekapnya erat-erat, tidak usah banyak bicara, katakan saja dengan singkat, "Kamu marah karena tidurnya terganggu oleh mau pipis. Ayo sekarang pipis dulu,” gendong ke toilet dan suruh dia pipis. Kamu "mau susu tapi tidak segera ada", kalau berhenti menangis, baru Ibu buatkan susu, Selama dia menangis terus, dekap saja erat-erat.  Anak perlu belajar bahwa dengan menangis dan marah-marah, keinginannya tidak tersampaikan. Berkaitan dengan marah karena mau pipis, apakah sering/selalu terjadi? Kalau sering, ada baiknya Ibu konsultasikan pada dokter anak untuk memeriksa kemungkinan saluran kemih yang terlalu sempit (apakah dia anak laki-laki atau perempuan?) Selain saran di atas, hendaknya orangtua meluangkan waktu untuk menemani anak bermain bersama sehingga dia tidak merasa dirinya ditinggalkan dan tidak disayang oleh ibu/ayahnya.