Menghitung Masa Subur

By Santi Hartono, Selasa, 10 Maret 2015 | 04:30 WIB
Menghitung Masa Subur (Santi Hartono)

TANYA:

Dokter Judi yang baik, saya sudah 9 bulan menikah tapi belum dikaruniai keturunan. Sebelum menikah, saya jarang sekali terlambat haid, biasanya normal selalu 28 hari. Tapi setelah 3 bulan menikah sampai sekarang, saya sering terlambat haid, terkadang tidak teratur, 30—34 hari siklusnya. Bahkan, pernah terlambat sampai 2 minggu namun hasilnya negatif. Bulan Januari lalu saya terlambat haid 1 minggu dari siklus bulan lalu sehingga siklus haid saya menjadi 34 hari. Bulan Februari siklusnya malah jadi 40 hari.Saya sudah menggunakan berbagai macam usaha, misalkan, menggunakan alat tes masa kesuburan untuk menghitung kapan tepatnya saya bisa berhubungan intim karena suami tugas di luar kota. Tapi tidak semudah yang dibayangkan, malah saya jadi bingung sendiri untuk menghitungnya.  Bagaimana caranya menghitung masa subur?

Apakah mungkin dalam satu kali siklus haid tidak terjadi ovulasi masa subur? Karena bulan kemarin saya tidak mendapatkan masa subur saya. Padahal saya sudah menggunakan kalender masa subur dari “produk sensitiv”. Kapan tepatnya menggunakan alat tes tersebut? Rasanya saya sudah mengikuti instruksinya dengan benar. Sebagai catatan, sebelumnya saya pernah konsultasi langsung ke dokter kandungan, sekalian USG kandungan. Alhamdulillah, rahim saya dalam keadaan baik. Saya sangat menginginkan hadirnya buah hati. Oleh sebab itu saya sangat mengharapkan jawaban Dokter Judi. Terima kasih.Handayani Farisy – Prabumulih, Sumatera Selatan

JAWAB:Perkiraan masa subur adalah sekitar 14 hari sebelum haid, artinya bila siklus haid teratur 28 hari, maka perkiraan masa suburnya pada haid hari ke-14 atau hari ke-16 pada siklus haid 30 hari. Masa subur tidak selalu ada pada setiap bulan karena pertumbuhan sel telur dan terjadinya ovulasi (keluarnya sel telur pada masa subur) dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya stres berat atau penyakit seperti diabetes mellitus atau penyakit kelenjar gondok bisa mengganggu masa subur. Sebaiknya Ibu berkonsultasi dengan dokter kandungan yang bekerja di Divisi Endokrinologi Reproduksi RSCM atau RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad di Jakarta agar dapat ditangani dengan lebih baik. Beberapa hal dasar yang harus dilakukan adalah: 1) Pemeriksaan sperma untuk melihat apakah jumlah, pergerakan, dan bentuk sperma normal?; 2) Pemeriksaan kandungan: periksa dalam, USG transvaginal, Pap’s smear, dan biakan kuman; 3) Analisis hormon kesuburan (FSH, LH, estrogen, progesteron, dan PRL);  dan 4) HSG (histerosalfingografi). Masa subur hanya berlangsung kurang dari 24 jam dan dapat diperkirakan dengan memeriksa lendir vagina (proses membenang dalam waktu 24 jam sebelum masa subur), mengukur suhu tubuh basal (tampak kurva bifasik bila masa subur), dan USG vaginal secara serial untuk memantau pertumbuhan sel telur. Selain itu, suami yang sering di luar kota juga dapat memengaruhi kemungkinan hamil. Perlu kerja sama yang baik antara pasien dan dokter agar penentuan masa subur dan evaluasi kesehatan suami istri dapat optimal.

Asuhan: dr. Judi Januadi Endjun, SpOG Subbagian Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UPN Veteran/RSPAD Gatot Subroto