Bahan Pembuat Vaksin

By Ajeng , Rabu, 21 Oktober 2015 | 21:00 WIB
Bahan Pembuat Vaksin (Ajeng )

Tanya:

Dokter yang baik, salam kenal. Saya mempunyai 3 anak, usianya masing-masing 3 tahun, 2 tahun, dan 6 bulan. Saya ingin bertanya tentang informasi yang saya baca di internet mengenai imunisasi. Ada yang mengatakan, imunisasi adalah memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kepada bayi. Isu yang membuat resah adalah bahwa bahan pembuat vaksin berasal dari bahan racun seperti mercuri, formaldehide, alumunium fosfat, sodium, neomioin, fenol, aseton, dan sebagainya. Sedangkan yang dari hewan berasal dari darah kuda dan babi, nanah dari cacar sapi, jaringan otak kelinci, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, serum anak sapi, dan sebagainya. Anak pertama dan kedua sudah menjalani imunisasi sampai usia 1,5 tahun. Nah, untuk yang anak ketiga ini, setelah membaca informasi di atas, saya menjadi khawatir. Saya butuh banyak masukan. Semoga Dokter dapat memberi saran atas informasi di atas. Terima kasih atas penjelasannya.

Rina – via e-mailJawab:

Ibu Rina yang baik,Sekarang ini era teknologi informasi sudah demikian mudahnya. Kita memperoleh segala macam informasi yang diinginkan hanya dengan satu klik. Namun, akses negatifnya pun semakin besar, yaitu tidak semua informasi yang didapatkan dari internet adalah benar dan valid. Contoh, masalah vaksin tersebut. Memang, sebagian (kecil) vaksin masih ada yang menggunakan merkuri atau bahan lain dalam jumlah yang sangat kecil. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan pelindung/pengawet agar vaksin tak mudah rusak atau terkontaminasi oleh kuman yang berbahaya. Namun, kadar merkuri yang digunakan masih dalam konsentrasi yang sangat kecil. Bahkan jauh di bawah batas aman yang ditentukan oleh badan pemantau obat dan makanan seperti FDA di Amerika Serikat, sehingga merkuri tersebut tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya/fatal. Namun demikian, sebagian besar produsen vaksin saat ini mulai meninggalkan penggunaan merkuri dan bahan lain tersebut sebagai pengawet vaksin, lalu beralih dengan bahan lain yang tidak menimbulkan persepsi negatif. Mengenai bahan-bahan biologis seperti darah/organ hewan digunakan pada saat awal-awal produksi vaksin sebelum melalui proses-proses yang rumit dan bertahap, sehingga tidak terdapat lagi unsur-unsur hewan tersebut di komponen vaksin yang sudah jadi.     Ada baiknya Ibu melakukan konfirmasi terhadap berita-berita “miring” tentang vaksin ke para ahli atau sumber-sumber informasi yang valid di internet, seperti di www.idai.or.id, www.aap.org, www.who.int, dan sebagainya untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan benar ketimbang informasi yang masih seputar “katanya.” Bila perlu, bertanyalah via e-mail kepada ahlinya.

Dr. Rifan Fauzie, Sp.A.RSAB Harapan KitaJakarta