Kembar Siam Dapat Diprediksi, tapi Tak Bisa Dicegah

By Dini, Senin, 9 Mei 2016 | 07:18 WIB
Kembar Siam Dapat Diprediksi, tapi Tak Bisa Dicegah (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Pasangan Juarnes Prana Dinata (30) dan Siti Nuryaningsih (30), melahirkan bayi kembar tiga di RSUD Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 21 Januari 2016 lalu. Uniknya, dua dari kembar ini: Nadira Alifa Putri dan Nadiba Aisyah Putri, mengalami dempet kepala. Sedangkan satu bayi lainnya, Nadifa Alinka Putri, dalam kondisi normal.

Kembar siam terjadi ketika embrio di awal kehamilan berkembang menjadi dua individu. Meski dua janin akan berkembang, fisik mereka tetap menyatu. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 13-15 hari setelah pembuahan, namun pembelahan yang terjadi tidak sempurna. Inilah yang kemudian menyebabkan kembar siam sering kali berbagi satu atau lebih organ internal. Masalahnya, pembelahan yang tidak sempurna tersebut bukanlah hal yang bisa dicegah.

Kebanyakan kembar siam tak bertahan, entah itu di dalam kandungan ataupun setelah dilahirkan. Namun, beberapa bayi kembar siam yang berhasil bertahan hidup dapat dipisahkan melalui pembedahan. Keberhasilan operasi memisahkan kembar siam tergantung di bagian mana si kembar terhubung dan berapa banyak organ untuk berbagi.

Tidak ada tanda dan gejala spesifik yang mengindikasikan seorang wanita mengandung bayi kembar siam. Seperti kehamilan pada umumnya, rahim akan tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan, dan ibu hamil yangmengandung anak kembar biasanya juga akan mengalami kelelahan, mual, dan muntah di awal kehamilan.

Menurut spesialis obstetri dan ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dr. Hasto Wardoyo, setiap perempuan hamil memiliki risiko mengalami kondisi kembar siam. Meski begitu, risiko kembar siam dapat diprediksi antara lain dengan mengetahui riwayat kehamilan kembar di dalam keluarga. Pasalnya, kehamilan kembar siam lebih berpeluang terjadi dalam keluarga yang memiliki riwayat anak kembar, jelasnya pada KompasHealth.

Kehamilan kembar siam dapat diketahui pada trimester pertama melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Sedangkan untuk pemeriksaan lebih detail dapat dilakukan dengan echocardiograms saat memasuki setengah masa kehamilan, untuk mengetahui sejauh mana bayi kembar siam menempel dan bagaimana fungsi organ-organ mereka.

Karena kembar siam dapat diprediksi, sebaiknya ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin. Biasanya, jika ibu hamil mengandung bayi kembar siam, dokter akan melakukan pemantauan kehamilan dengan sangat ketat. Bahkan, dokter akan membentuk tim khusus untuk menangani kehamilan kembar siam, termasuk proses melahirkan dan perawatan setelah bayi dilahirkan.

Pada kehamilan kembar siam, bayi memang harus dilahirkan melalui operasi caesar. Umumnya ini akan dilakukan sekitar dua sampai empat minggu sebelum waktu persalinan. Sekitar 40%-60% bayi kembar siam tidak bertahan hidup. Sedangkan kembar siam yang bertahan hidup, hanya setengahnya yang berhasil menjalani operasi pemisahan.

(KompasHealth)