4 Kiat Meninggalkan Anak Tanpa Menangis

By Ipoel , Selasa, 5 April 2016 | 07:36 WIB
4 Kiat Meninggalkan Anak Tanpa Menangis (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Salah satu hal terberat bagi Mama saat hendak bekerja adalah meninggalkan si kecil? Betul kan. Siapa yang tega demi melihat si kecil menangis sewaktu ditinggal kerja. Bagi anak, wajar saja bila ia menangis. Apalagi bila sebelumnya, Mama seharian berada di rumah, eh tiba-tiba sosok yang dekat itu menghilang. Meski begitu, kondisi itu wajar dan proses yang harus dilalui.

Hal terpenting, orangtua bisa meninggalkan anak dengan tenang tanpa menangis. Berikut caranya:

1. Pamit dengan Jujur

Jujurlah pada anak, Mama akan pergi bekerja. Cara berbohong, pergi diam-diam, atau mengalihkan perhatian anak akan membuatnya tak nyaman. Dulu, penulis sempat berbohong untuk menghindari anak-anak menangis. Jadi saat mau pergi, penulis meminta pengasuh untuk pergi menjauh agar tidak melihat ketika hendak pergi bekerja. Hasilnya, anak rewel seharian demi melihat Mama-nya pergi. Cara ini akan membuatnya tak nyaman. Bagaimana bila si kecil melihat Mama pergi. Hasilnya, si kecil tetap menangis melepas kepergian Mama, tapi beberapa saat kemudian cenderung tenang dibandingkan saya tidak pamit.

Baca juga: 8 langkah mudah disiplinkan anak tanpa teriak dan amarah

2. Lakukan Bonding

Cara lain yang dianggap ampuh adalah dengan melakukan bonding atau aktivitas yang dapat membuat anak nyaman. Misal, mengajak anak jalan-jalan, alias putar-putar kompleks. Setelah selesai, si kecil kembali ke rumah. Meski si kecil tetap menangis, dia terlihat lebih tenang.

Baca juga: Hindari Kata "Jangan" Saat Melarang Anak, Lebih Baik Katakan ini

3. Hindari Jajan Sebelum Berangkat

Meskipun Mama membelikan camilan sehat buat anak. Kebiasaan ini selain boros, juga tidak baik buat anak. Selain itu, cara ini secara tidak langsung mengajarkan anak untuk konsumtif. Karena usai dibelikan camilan, anak tetap menangis. Penulis pernah melakukan hal ini kepada anak kedua, tapi kemudian dihentikan karena khawatir anak menjadi konsumtif.

Akhirnya, saya benar-benar tega, tidak melakukan hal itu, lalu memaksimalkan hari Sabtu-Minggu untuk bermain dengan si kecil. Nah, di hari Minggu saya bikin woro-woro, "Ade seneng kan hari Sabtu-Minggu sama Ayah-Bunda? Tapi besok Ayah-Bunda harus  bekerja. Nanti hari Sabtu kita main lagi ya." Dengan begitu, anak punya persiapan untuk ditinggalkan.

Baca juga: 7 Cara Agar Anak Cepat Berjalan