Tabloid-Nakita.com - Di usia 12 hingga 24 bulan, bayi sedang memasuki fase memanjat. Ia akan memanjat apa saja: kursi, tempat tidur, hingga anak tangga. Baginya, menapaki anak tangga adalah suatu tantangan. Bagi Mama, tentunya fase ini merupakan fase yang paling Mama khawatirkan. Khawatir anak jatuh saat naik-turun tangga tentu hal yang sering Mama alami.
Meski khawatir, Mama tak perlu langsung melarang anak naik-turun tangga. Bagaimana pun, memanjat merupakan suatu tonggak tumbuh kembang, di mana hal tersebut bisa membantu anak mengembangkan koordinasi tangan dan kaki yang diperlukan seperti dulu ketika ia mulai merangkak dan berjalan. Hal ini juga penting untuk anak yang belum berani naik-turun tangga.
Masalahnya, bagaimana agar anak aman naik-turun tangga. Guna menumbuhsuburkan kegemaran anak untuk naik-naik, ciptakan berbagai situasi yang kondusif. Untuk area in door bisa dilakukan dengan memperlunak permukaan lantai yang keras menggunakan karpet tebal, alas karet, kasur gulung atau matras. Sedangkan di luar ruang bisa dilakukan dengan menanami rumput, menghamparkan pasir lembut, dan sebagainya.
Yang jelas, pastikan objek-objek untuk aktivitas naik-naik itu sendiri aman dinaiki alias stabil atau tidak mudah goyah/terguling saat dinaiki anak. Tidak pula rapuh, licin, ataupun ada paku mencuat maupun serpihan benda tajam yang membahayakan. Kalaupun di rumah tidak ada objek naik-naik yang bisa memenuhi syarat keamanan tadi hingga bisa memfasilitasi keterampilan anak, tak ada salahnya mencari di tempat lain, semisal di tempat bermain.
Jangan pernah bosan untuk terus memberi pengertian kepada si batita tentang betapa pentingnya berpegangan pada pilar tangga/dinding saat menapaki anak tangga. Dengan begitu, anak terbiasa belajar menjaga keselamatan dirinya sendiri. Informasikan pula mengenai sejumlah rambu saat naik-turun tangga. Contoh, tidak naik-turun tangga yang basah karena pasti licin, dan setinggi apa anak boleh naik-turun tangga.
Jangan lupa untuk selalu mengemukakan alasan-alasan mengapa mesti diberlakukan aturan-aturan tadi. Tanpa penjelasan atau pengarahan yang konsisten, anak malah akan bingung. Dia akan bertanya-tanya, "Lo, kemarin aku disuruh naik-naik. Sekarang kok malah dilarang-larang?"
Melindungi anak yang baru mulai belajar berjalan dan naik-naik dari kemungkinan jatuh yang bisa berakibat parah tentu saja menjadi kewajiban orangtua. Akan tetapi di samping menjaganya, kita tetap perlu membantu anak belajar menaiki tangga dengan aman. Ingat, anak yang tak pernah punya pengalaman menaiki tangga, tidak akan pernah pula memiliki pengalaman bagaimana caranya menaiki tangga dengan aman. Kepadanya hanya selalu didengung-dengungkan bahwa ia tak boleh mendekati tangga hanya karena tangga itu berbahaya. Anak yang diperlakukan seperti ini biasanya justru lebih berisiko terempas jatuh begitu pertama kali ia menaiki anak tangga.
Sebagai tindak pengamanan, pasanglah pagar pengaman pada anak tangga tertinggi, dan sebaiknya tangga tidak memiliki lebih dari 3 anak tangga dengan kemiringan yang curam. Jika orangtua tengah berada di bawah bersama anak, pasanglah pagar pengaman pada anak tangga ketiga dari bawah sehingga anak tetap bisa berlatih naik tangga di bawah pengawasan orangtuanya. Tunjukkan pada anak bagaimana caranya berpegangan pada dinding tangga selagi ia belajar naik tangga.
Ketika anak sudah terampil, sesekali bukalah pagar pengaman sehingga ia dapat belajar menaiki tangga secara penuh. Sementara sebagai pendamping kita berada sekaligus berjaga-jaga pada 1-2 anak tangga di bawahnya hingga sewaktu-waktu bisa siap membantunya. Bisa juga dengan berdiri sejajar sambil menggandengnya saat ia menapaki tangga.
Nah, kalau sudah yakin kondisinya aman untuk naik-turun tangga, Mama pasti bisa mendampingi si kecil memelajari kemampuan barunya ini dengan senang! (*)