Waduh, Ini Bahaya Memainkan Alat Kelamin!

By Dini, Jumat, 22 Januari 2016 | 07:00 WIB
Waduh, Ini Bahaya Memainkan Alat Kelamin! (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Sesuai tonggak perkembangannya, mulai umur 3 tahun, anak-anak akan tertarik pada sesuatu yang berkaitan dengan jenis kelamin. Ahli psikoanalisis Sigmund Freud menyebut tahapan anak memainkan alat kelamin ini fase anal phallic.

"Jadi kalau pada masa bayi, kenikmatan anak terletak di mulut (fase oral) lalu beralih ke dubur (fase anal), maka pada anak-anak 3-6 tahun, kenikmatannya mulai berganti pada alat kelaminnya,” papar psikolog Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si.

Ketertarikan pada alat kelamin ini ditunjukkan dengan perilaku banyak bertanya, apa itu penis, apa itu vagina, mengapa alat kelaminku berbeda dengan punya kakak/adik dan lainnya. Rasa keingintahuan itu jugalah yang  mendorong mereka bereskplorasi hingga pada suatu saat melakukan “penelitian” pada penis/vaginanya.

Meskipun hal ini merupakan tahapan yang wajar, akar permasalahan mengapa anak sampai suka memainkan alat kelamin mesti dicari. Apakah ia secara tak sengaja bereksplorasi lalu menemukan perilaku itu, atau ada hal-hal lainnya. Jika si prasekolah memainkan alat kelaminnya lantaran memang tengah berada pada fase anal phallic, maka berikan penanganan yang tepat (baca: Suka Memainkan Alat Kelamin).

Yang dikhawatirkan jika ada penyebab lain di baliknya. Mama perlu tahu bahaya jika memainkan alat kelamin. Coba amati apakah perilaku memainkan alat kelamin ini juga dibarengi perilaku lain, seperti anak tampak lebih banyak diam, atau lebih banyak menyendiri, atau lebih kerap mengalami mimpi buruk.

Perilaku-perilaku itu, bisa menjadi indikasi bahwa anak merasa dirinya kurang diperhatikan. Karena dalam benaknya ada rasa waswas tidak disayang orangtua, maka ia sering melamunkan hal itu (jadi ia tampak lebih banyak diam) bahkan sampai terbawa dalam mimpi buruk.

Solusinya tentu orangtua harus melakukan introspeksi apakah memang waktu untuk si prasekolah jadi berkurang karena kesibukan atau sebab lainnya. Jika ya, beri anak lebih banyak perhatian. Mengajaknya bermain, misal, akan mengusir kesepian anak sehingga ia bisa melupakan kebiasaannya memainkan alat kelamin.

Waspadai juga orang-orang di sekeliling anak, bisa jadi pengasuh atau orang dewasa lain di rumah yang “menularkan” kebiasaan tersebut. Di antara berbagai penyebab, yang paling dikhawatirkan adalah bila ada orang yang secara sengaja memainkan genitalia anak lalu menemukan kenikmatan. Inilah bahaya jika memainkan alat kelamin, jadi Mama harus melibatkan ahli, dalam hal ini psikolog, untuk menggali penyebab dan cara mengatasinya. (*)