Tabloid-nakita.com. Di seantero dunia, anak laki-laki dan pistol-pistolan menjadi topik terhangat di urutan pertama yang paling sering dibicarakan. Dalam budaya yang sudah dijejali permainan video games yang sarat kekerasan, acara TV dan gambaran perang yang asli, melihat anak yang masih polos berpura-pura membunuh seseorang memang akan membuat jantung kita berdegup kencang. Meski begitu tidak ada satu penelitian pun yang mendukung permainan pistol-pistolan menyebabkan perilaku kasar dan penuh kekerasan anak di masa depan, dan kebanyakan ahli anak sepakat bahwa apabila Mama melarang total permainan pistol-pistolan, Mama malah tengah memberikan pesan yang lebih kuat akan hal itu, dan mungkin akan menyebabkannya terpendam dan tersembunyi, hingga suatu saat muncul beneran. Ih, amit-amit ya, Ma. Lalu apa yang sebaiknya dilakukan untuk menangani si jagoan cilik yang lagi seru bermain pistol-pistolan? Apa yang bisa Mama upayakan meski Mama mengizinkan si kecil “bereksperimen” dan menggunakan daya khayalnya? Berikut ini sejumlah saran yang bisa Mama lakukan, yang dijamin akan membuat Mama berhenti deg-degan. Saran ini diberikan oleh William Pollack, Ph.D, Guru Besar Psikologi Anak di Illinois State University, Amerika Serikat, sekaligus pengarang buku Real Boys (Pearson Press, 9th edition – New York, 2012);*Hati-hati dengan penilaian Mama. Memberi label pada si buyung dengan label “sadis”, “jahat”, atau “menakutkan” ketika dirinya bermain pistol-pistolan, malah akan membuatnya merasa buruk di mata Mama. Pada beberapa anak, mereka langsung “melempem” dan malu, dan pada akhirnya menunjukkan keberanian yang dibuat-buat. Akan lebih baik jika Mama ikut bermain dengan mereka untuk bisa memahami sudut pandang si anak dengan lebih baik.*Buatlah keputusan bersama. Jika permainan pistol-pistolan si kecil membuat Mama atau anak lain merasa tidak nyaman, tunjukkanlah perasaan Mama dengan tenang. Cobalah untuk mengatakan, misalnya, “ Mama tahu kamu senang sekali bermain tembak-tembakan, tapi tidak semua anak senang kamu acungkan pistol, meski itu hanya mainan. Kamu boleh main pistol-pistolan, tapi jangan mendekatkannya ke wajah atau tubuh orang lain, ya”. Pembatasan seperti ini boleh saja dilakukan karena faktanya memang tidak semua orang suka didekatkan dengan pistol. Namun demikian, saat Mama melarang, ajak si kecil diskusi agar si kecil tahu, mengapa dirinya dilarang.
*Hindari memberi pistol mainan mirip aslinya. Apabila memungkinkan, hindari menggunakan pistol yang bentuknya mirip dengan yang asli (jujur saja, Ma, meskipun pistol mainan, jika bentuknya mirip yang asli, tentu saja menakutkan, bukan?). Mama bisa mengajaknya berekreasi dengan membuat pistol-pistolan dari kertas koran yang digulung, dari stylofoam yang tidak terpakai, atau bahkan sendok sayur Mama yang sudah usang. Bukankah di usia prasekolah si kecil sedang mengembangkan daya imajinasinya. Nah, sekalian saja rangsang si kecil membuat pistol-pistolan hasil kreasinya sendiri.
*Jelaskan nilai-nilai yang Mama anut. Anak yang ikut dalam permainan tembak-tembakan biasanya ingin memahami kekuatan hubungan. Dengan membunuh “orang jahat”, dia bisa, dalam benaknya, mengerahkan kekuasaannya. “Contohkan cara-cara penyelesaian persoalan yang akan menghargai semua pihak terkait, dan tidak akan melukai mereka, baik secara fisik maupun mental. “Penyelesaian persoalan tidak perlu berujung kekerasan, misalnya dengan menggunakan pistol,” jelas Pollack. “Bicarakan hal-hal apa yang bisa kita lakukan ketika menghadapi perselisihan atau pertikaian agar orangtua bisa mendorong atau mencontohkan pada anak, budaya yang lebih condong pada perdamaian.”
Yang paling penting, saat menghadapi si buyung dengan pistol-pistolannya, ambil napas panjang dan pahami bahwa ini hanyalah tahapan yang akan ia lewati, seperti halnya tahapan-tahapan yang lain. Saat ia bermain pistol-pistolan, bukan berarti anak Mama ditakdirkan untuk hidup dalam kekerasan. Rasa ingin tahunya muncul di balik keberanian si kecil saat mengatakan “Dor, dor”. Tapi percayalah, hal ini akan segera berlalu. Jika Mama sudah menyadari hal ini, Mama akan tenang kali lain jari si kecil menunjuk ke arah Mama. (*)
Untuk membaca lebih lengkap artikel "Serunya Bermain Pistol-Pistolan", baca Tabloid Nakita terbaru (No.894/TH.XVII/18-24 Mei 2016).
(Ratna Dyah W./Foto: Istock)