Tabloid-Nakita.com - Main hujan-hujanan sangat mengasyikkan bagi anak. Begitu juga bagi bocah bernama Destia Putra Pradana, balita berusia 3,5 tahun. Saat itu, bocah itu bermain bersama teman-temannya bermain air hujan. Sayangnya, saat teman-temannya pulang, Destia raib, tak pulang ke rumahnya yang berlokasi di Kampung Rawa Bebek RT 002/08 Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi. Jelas saja, kondisi itu membuat kedua orangtua si kecil cemas. Setelah mencari ke sana kemari tak membuahkan hasil. Orangtua menempelkan selebaran berkaitan dengan hilangnya Destia, dengan harapan ada orang yang mengenali dan membawanya ke rumah.
Begini isi selebarannya:
Sayangnya, setelah 4 hari menunggu, tak ada kabar yang datang. Malah yang datang kabar duka yang menghampiri sang Mama. "Dan hari ini (11 mei 2016) korban malah ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa di saluran air permukiman warga RT 004/08 Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat," ungkap Kasubag Humas Polres Bekasi Kota Iptu Puji Astuti. Menurut Puji, korban ditemukan di Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, Rabu (11/5/2016). Sebelumnya, korban sempat dilaporkan hilang pada Sabtu (7/5) lalu.Korban ditemukan pada pukul 07.30 WIB pagi tadi dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Awalnya, warga mencium bau busuk menyengat di dekat saluran air.
Baca juga: Hati-hati Pamer Foto dan Informasi Anak di Facebook. Ini bahayanya.
Saat ditelusuri sumber bau tersebut, warga menemukan korban dalam keadaan mengambang di saluran air bersama tumpukan sampah. Korban ditemukan hanya memakai kaus dalam warna putih, dengan kondisi yang mengenaskan.Orangtua korban yang menantikan pulang dalam keadaan selamat, histeris setelah mengetahui korban ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Korban selanjutnya dibawa pihak keluarga dan telah dimakamkan.
Awasi Anak Saat Bermain
Kejadian ini memberikan pelajaran berharga bagi orangtua, awasi anak saat bermain. Ingat, di masa balita, rasa ingin tahu anak sangat besar terhadap lingkungannya. Semua hal yang ditemui adalah menakjubkan dan mengundang rasa penasaran. Dengan begitu, ia akan selalu mencoba dan mencoba untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sayangnya, daya nalarnya belum berfungsi optimal, sehingga ia belum tahu, mana hal yang berbahaya, mana pula yang tidak. Mana hal yang aman dieksplorasi, mana yang membahayakan keselamatannya. Tak usah heran, saat melihat colokan listrik, ia tertarik memasukkan jari ke dalamnya. Begitu juga ketika kompor menyala, ia ingin tahu apa yang terjadi bila api dalam kompor itu didekatkan pada tongkat mainannya. Saat melihat binatang seperti kodok di got, ia tertarik menangkapnya tanpa memedulikan air deras di selokan.
Artinya, ada berbagai bahaya yang mengintip di saat anak bermain atau bereksplorasi. Siapa yang berhak mengawasi, yang jelas orang dewasa. Atau minimal, seseorang yang punya nalar sudah jauh lebih baik seperti anak yang sudah duduk di bangku SMU (kelas 10 ke atas). Memberikan tanggung jawab pengawasan pada anak yang kemampuan nalarnya masih terbatas sangatlah tidak bijak. Apalagi bila lingkungan bermain anak penuh dengan ancaman dan bahaya.
Baca juga: Jangan pasang stiker ini di mobil. Ini bahayanya
Meski begitu, kasus ini jangan sampai membuat orangtua parno dan overprotektif. Ingat, dunia anak adalah dunia bermain. Ia belajar lewat proses bermain. Semua aspek kecerdasannya akan berkembang dengan bermain. Ia belajar hal-hal baru di lingkungannya lewat berbagai aktivitas bermain. Dengan bermain, aspek kecerdasannya akan berkembang optimal.
(Ipoel/detiknews)