“Secara hisab, posisi bulan pada saat maghrib 1 Mei 2022 di wilayah Sumatera bagian utara dekat dengan batas kriteria elongasi 6,4 derajat,” bebernya.
Selain itu, berdasarkan kriteria imkan rukyat atau ketampakan hilal di sebagian wilayah Indonesia saat Magrib 1 Mei 2022, kemungkinaan hilal bisa diamati dengan alat binokuler seperti teleskop.
Hanya saja, Thomas mengatakan tetap ada potensi perbedaan perayaan Idulfitri 2022.
Di sisi lain, Kepala Pusat Seisologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono memberikan keterangan.
Ia memaparkan bahwa Konjungsi (Ijtimak) awal bulan Syawal 1443 H di Indonesia terjadi sebelum Matahari terbenam pada Ahad 1 Mei 2022, pukul 03.27 WIB atau 04.27 WITA atau 05.27 WIT.
Menurut penjelasan Rahmat waktu terbenam Matahari paling awal terjadi di Merauke pukul 17.29 WIT sedangkan paling akhir di Sabang pukul 18.45.
Sementara itu, tinggi hilal matahari terbenam berkisar antara 2,79 derajat (terendah) dan 5.57 derajat (tertinggi).
Kemudian, umur Bulan saat Matahari terbenam berkisar dari yang termuda sebesar 12,03 jam di Merauke dan tertua di 15,30 di Sabang.
Keselisihan Matahari terbenam dan Bulan terbenam berkisar antara 19,19 di Merauke dan 27.07 di Sabang.
Ditambah Kecerlangan Bulan (FIB) saat Matahari terbenam berkisar antara 0,18 persen di Oksibil Papua dengan 0,31 persen di Sabang Aceh.
Bedasarkan data tersebut, pada 1 Mei 2022 diprediksi hilal sudah bisa terlihat.