TANYA:Salam kenal Bu Mayke, saya Ita, ibu dari seorang putri berusia 2 tahun 7 bulan. Puji Tuhan, si kecil tumbuh sehat, ceria, dan menggemaskan. Sejauh ini tak ada kendala yang berarti. Saya hanya ingin menanyakan mengenai perkembangan kemampuan berbicara/berbahasa si kecil. Soalnya, anak saya cadel. Mungkin karena perempuan ya Bu, ia cerewet. Mudah sekali meniru apa yang kita ucapkan. Memang ucapannya belum jelas sekali dan masih cadel. Akan tetapi ada beberapa kata yang sepertinya "sulit" ia ucapkan. Misalnya, untuk menunjukkan kata “sendok”, ia bilang “tesot”; “rambut” menjadi “manut”; “semut” jadi “busut”, “sandal” jadi “yayan”. Yang ingin saya tanyakan, apakah ini termasuk cadel atau ada sesuatu masalah dengan perkembangan bahasanya? Kami berusaha mengucapkan kata yang benar, tapi lagi-lagi yang keluar adalah kata seperti itu. Apakah ia kesulitan mengucapkan kata-kata tersebut sehingga cadel? Apakah seiring pertambahan usianya, kemampuan bahasanya akan membaik dan tidak cadel lagi? Apa yang harus kami lakukan untuk mengatasi anak cadel? Perlu Ibu Mayke ketahui, untuk menyebutkan kata-kata yang lain sudah lumayan jelas (tidak cadel) seperti “susu”, '”kakak”, dan lainnya. Demikian, terima kasih banyak atas penjelasan Bu Mayke.Ita - Tangerang JAWAB:Salam kenal Ita, sangat membahagiakan mempunyai putri yang sehat dan licah. Saya sarankan agar Ita mempunyai catatan, kata-kata apa yang sudah mampu anak ucapkan dengan jelas, mana yang tidak jelas, dan mana yang sama sekali berbeda dari kata yang seharusnya. Asumsi saya, kata-kata cadel seperti: "sendok", "rambut", "semut", "sandal", belum bisa diucapkan dengan benar karena kata-kata tersebut terdiri atas gabungan huruf vokal yang berbeda. Misalnya, pada kata "semut" (“e” dan “u”), berbeda halnya dengan "susu" yang kedua huruf vokalnya sama (“u”). Usianya 2,7 tahun, seharusnya sudah bisa melafalkan kata-kata dengan cukup jelas dan tidak cadel. Sebaiknya amati perkembangan bicara anak dalam jangka waktu 3 bulan ke depan, apakah pelafalannya mengalami kemajuan? Seharusnya, dengan meningkatnya usia anak, maka sel-sel otak, otot pada alat bicara, mengalami pematangan (maturasi), sehingga kemampuan berbicara dan pemahaman anak semakin baik. Selain itu, Ita dapat tetap mengajak anak berkomunikasi dan ketika dia salah mengucapkan kata tertentu, cobalah mengajak anak mengucapkan kata tersebut dengan perlahan-lahan, tapi bila dia menolak, jangan memaksanya. Reaksi lain yang bisa diberikan pada anak ketika ia salah melafalkan kata adalah Ita bisa menyebutkan kembali kata yang seharusnya, misalnya, "Oh, maksud Adek sandal." Menurut penelitian, cara yang sesuai untuk merangsang perkembangan bahasa pada anak adalah orang dewasa mencoba mengikuti (follow) anak. Contoh, ketika dia menyebut kata "yayan" (sandal), orang dewasa bisa memberikan respons sebagai berikut: "Oh sandal, sandalnya Adek. Adek mau pakai sandal. Kalau jalan, sandalnya bunyi tak-tuk-tak-tuk." Respons dengan cara tersebut akan membuat anak lebih memperhatikan apa yang disampaikan oleh orang dewasa, sehingga pembelajaran bahasa akan lebih pesat. Mengapa demikian? Sebab kita tidak memaksakan sesuatu yang bukan menjadi minatnya saat itu. Selain itu, perhatikan juga bahasa tubuh (gesture), mimik wajah, dan suara yang dikeluarkan oleh kita sebagai teman bicara anak. Bila perlu, lakukan gerakan-gerakan tubuh dan suara-suara yang sesuai dengan konteks (umpama, “ngeng”, untuk mewakili suara mobil) agar membuat anak lebih tertarik pada apa yang sedang menjadi topik pembicaraan.