Atasi Kakak Yang Cemburu Pada Adik

By Ipoel , Senin, 31 Maret 2014 | 22:00 WIB
Atasi Kakak Yang Cemburu Pada Adik (Ipoel )

TANYA:Bu Mayke, saya punya dua anak berusia 4,5 tahun dan 1 bulan. Si sulung laki-laki, sedangkan anak kedua perempuan. Sekarang ini saya memang banyak memberi perhatian lebih pada si bayi karena berusaha memberi ASI eksklusif. Jadi, setiap nangis, langsung saya susui. Saya juga yang banyak terlibat dalam merawatnya, seperti memandikan, mengganti popok dan lainnya. Alhasil, si kakak—yang notabene sempat 4 tahun merasa yang paling diperhatikan—kelihatannya mulai cemburu. Sebenarnya saya berusaha menyeimbangkan waktu untuk berbagi. Misalnya, ketika si adik tidur, saya ajak si kakak bermain. Begitu pun sesekali si kakak saya ajak ke toko mainan atau sekadar beli camilan di supermarket. Saya juga sesekali menyuapi si kakak. Namun, rasa cemburu itu mau enggak mau pasti ada ya, Bu? Soalnya terakhir ini si kakak mengeluh sakit/pusing. Tapi begitu saya peluk dan ajak bercanda, dia bisa ketawa lepas seolah tak sedang sakit. Pernah juga dia beberapa hari sakit batuk dan flu. Kira-kira di hari kelima dia teriak-teriak, menjerit, sampai menangis merasa telinganya sakit. Awalnya kami menduga itu dilakukannya untuk menarik perhatian. Akan tetapi, melihat gelagatnya yang tak biasa seperti itu, kami cepat membawanya ke dokter. Diagnosis dokter memang menunjukkan terjadi infeksi telinga lantaran sakit batuk dan flu. Nah, kembali ke soal mengatasi sikap cemburu, bagaimana sikap bijak yang mesti saya lakukan? Bagaimana supaya sikap cemburunya tidak berlebihan dan berkelanjutan? Suami saya juga selalu berusaha mengalihkan kecemburuan si kakak dengan mengajaknya bermain atau sekadar jalan-jalan sore di taman kompleks. Demikian Bu, mohon solusinya. Sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih.Dewi - Bekasi JAWAB:Apa yang sudah Dewi dan suami lakukan untuk menangani anak sulung yang sedang cemburu, sudah benar. Akan tetapi dia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di rumah sehingga kelihatannya masih mencari-cari perhatian  orangtuanya. Saya yakin, Dewi dan suami pun masih dalam proses menyesuaikan diri dengan kelahiran si kecil. Mau tidak mau, terjadi perubahan dalam situasi keluarga. Perubahan terjadi di segala bidang, baik dalam hal membagi perhatian pada dua anak, mengatur waktu untuk mengurus dua anak, perubahan dalam kegiatan Dewi, suami, dimana hal ini sering kali kurang disadari oleh para anggota keluarga. Si sulung tidak bisa lagi bergerak sebebas dulu sebab adakalanya dia harus menunggu ibunya mengurus adik, tidak bisa digendong sembarang waktu karena ibunya harus menyusui adiknya, dan sebagainya.Menurut hemat saya, Dewi dan suami sudah  bertindak bijaksana, sebab berusaha memberikan dan memenuhi kebutuhan si sulung. Sebaliknya, si sulung perlu belajar bahwa kebutuhannya tidak serta merta bisa segera dipenuhi. Dia pun perlu mengalihkan kelekatan dari ibunya ke ayahnya. Masa ini merupakan saat yang tepat bagi si sulung belajar berbagi perhatian dengan adiknya. Agar si sulung tidak merasa tersisih, ketika Dewi menyusui si kecil, bisa saja mengajak anak sulung duduk di samping Dewi sambil membaca buku bersama-sama. Atau ajak dia bercerita, mendongeng, membantu membersihkan pipi adik setelah selesai minum susu, dan sebagainya. Munculkan rasa sayang kakak terhadap adiknya dengan memberikan peran pada si sulung membantu mengurus adik. Cukup menyatakan rasa senang dan terima kasih Dewi karena dia telah membantu ibu dan adiknya. Apa yang harus dilakukan kalau si sulung mencari perhatian dengan berpura-pura sakit? Jangan sampai terlalu mempermasalahkan sakitnya, jangan pula mengatakan pada dia bahwa dia sudah berbohong dengan pura-pura sakit. Alihkan saja perhatiannya dengan mengajaknya beraktivitas. Apa yang dikhawatirkan kalau si sulung terlalu diperhatikan ketika dia pura-pura sakit? Nanti dia terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan mengeluh sakit sehingga tidak belajar untuk menghadapi dan mengatasi masalahnya. Saya berharap Dewi bersama suami mampu membantu si sulung untuk menerima kenyataan bahwa sekarang dia harus bisa berbagi perhatian dengan adiknya, sehingga lambat-laun tidak menunjukkan rasa cemburu yang berlebihan. Si sulung belajar menghadapi dan mengatasi masalah.