Mengatasi Anak Yang Penakut

By Ipoel , Rabu, 26 Maret 2014 | 23:00 WIB
Mengatasi Anak Yang Penakut (Ipoel )

TANYA:Ibu Mayke, anak perempuan saya (19 bulan) aktif dan ceria, tetapi makin bertambah besar, ia jadi makin penakut. Ke mana mana maunya sama mamanya. Waktu dia berusia di bawah 1 tahun, ia berani naik mainan apa saja. Sekarang boro-boro mau naik, melihat dan mendekati mainan itu saja tak mau. Ia juga takut melihat badut, patung, wayang, dan benda-benda tertentu. Apa pun maunya harus sama mamanya. Sampai-sampai kalau saya mau mandi, ia menangis tak mau ditinggal. Digendong sama papanya juga mesti menangis dulu. Bagaimana ya, Bu Mayke? Saya takut perkembangannya terganggu. Saya takut ia trauma dan tumbuh menjadi pribadi penakut. Mohon bantuan dan solusinya. Terima kasih. Ratih - Banjarnegara JAWAB:Ratih yang baik, Anda bingung, mengapa anak yang dulunya pemberani sekarang semakin ciut nyalinya? Sebelum berusia 9—12 bulan, bayi belum menyadari adanya perbedaan antara orang asing dan orang yang dia kenal betul, belum tahu bahaya. Makin besar, dia makin pintar, sehingga lebih menyadari mana ibunya dan mana orang lain yang bukan ibunya. Dalam dirinya sudah muncul perasaan ragu dan malu, sehingga ketika menghadapi situasi asing, dia cenderung lebih berhati-hati, baik lingkungan baru, mainan baru, maupun orang baru. Bila anak mempunyai pengalaman tidak menyenangkan ketika naik mainan tersebut, maka perasaan ragu semakin besar sehingga dia semakin takut menaiki mainan tersebut.Kenapa dia begitu lekat dengan ibunya sehingga digendong oleh ayahnya pun tidak mau? Sangat besar kemungkinannya karena sehari-hari ibu-lah yang mempunyai peranan paling dominan. Sekalipun lekat, tapi merupakan kelekatan yang tidak aman dengan ibunya. Seharusnya, anak yang mempunyai kelekatan aman, tidak sampai sedemikian cemasnya untuk lepas dari ibunya. Rasa cemas berpisah dari ibu semakin kuat bila anak pernah mengalami "trauma” ditinggal oleh ibu tanpa sepengetahuannya. Pengalaman ini membuatnya cemas kalau tiba-tiba ibunya menghilang. Akhirnya, ibu ke kamar mandi pun dia ingin ikut masuk. Dalam rangka mengatasi masalah si kecil, usaha paling mendasar adalah membangun kelekatan yang aman dengan ibunya. Ibu perlu membuktikan pada anak bahwa ketika Ibu tidak terlihat olehnya, tidak berarti Ibu pergi seterusnya. Hal yang bisa dilakukan, misalnya ketika Ibu harus ke kamar kecil, katakan Ibu mau pipis dan nanti kembali lagi dan minta seseorang menjaganya. Apabila anak menangis, biarkan saja, tidak usah dibujuk, tapi begitu Ibu selesai dan keluar dari kamar mandi, segera dekati dan gendong anak sambil menenangkannya dan katakan bahwa Ibu tahu dia takut ditinggal, tapi Ibu harus pipis. Lakukan berulang-ulang sampai akhirnya anak yakin Ibu tidak akan meninggalkan dia selamanya. Ketika Ibu harus pergi ke luar rumah tanpa anak, lakukan hal yang sama. Katakan, Ibu akan pergi sebentar dan titipkan anak pada yang mengasuhnya. Sekalipun anak menangis, tidak apa-apa, biarkan orang yang mengasuh yang membujuk anak di rumah. Ibu bisa pergi dengan memantapkan hati dan jangan sampai membohongi anak dengan pergi diam-diam, sebab rasa percaya anak pada Ibu akan luntur. Bila anak memercayai ibunya tidak akan membohongi dia dan anak mempunyai kelekatan yang aman, biasanya hal-hal lain lebih mudah diatasi. Mengapa demikian? Sebab anak lebih percaya diri untuk mencoba hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Walaupun pada awalnya dia takut, tapi lambat laun rasa takutnya bisa teratasi sebab ia yakin, ada ibu sebagai orang yang diandalkan untuk menjamin keselamatannya. Ketika dia takut naik mainan, takut badut, topeng dan lain-lain, tidak usah memaksa anak. Suruh dia mengamati dulu anak-anak lain yang main menaiki mainan dan tawarkan untuk mencobanya. Lakukan berulang-ulang ketika Ibu pergi ke arena bermain tersebut. Bila ada topeng, badut, dan lain-lain yang membuatnya takut, cukup dengan mengajaknya mendekati objek tersebut dan Ibu sentuh objeknya untuk memperlihatkan tidak ada yang perlu ia takuti. Tapi jangan sampai memaksa anak mendekati atau menyentuh objek yang dia takuti, perlu dilakukan secara bertahap. Sekian dan semoga Ibu bisa terbantu dengan penjelasan yang diberikan. Selamat membesarkan anak dengan kasih sayang.