Duh, Anakku Mencuri Mainan

By Ipoel , Senin, 24 Maret 2014 | 23:00 WIB
Duh, Anakku Mencuri Mainan (Ipoel )

TANYA: Ibu Mayke, saya memiliki keponakan laki-laki berusia 6 tahun. Ia anak sulung dari tiga bersaudara. Ada perilaku yang menurut kami agak menyimpang. Terakhir ini, kami sering mendapati ia memiliki bermacam mainan. Entah itu mobil-mobilan, robot,  kartu bergambar, dan sebagainya. Ia bilang, dikasih oleh temannya di sekitar kompleks rumah. Saya perhatikan, mainan tersebut kebanyakan tampak masih bagus. Saya sangsi, apa betul mainan itu diberikan oleh temannya. Awalnya saya iseng membawa salah satu mainan lalu ditunjukkan pada si teman keponakan tersebut. Si anak ini begitu senang melihat mainannya kembali. Ia bilang,"Tante menemukan mainanku di mana? Ini mainan kesukaanku." Ia mengira mainan itu hilang entah ke mana. Di sisi lain, keponakan saya bilang, mainan itu diberi oleh temannya. Saya menduga, sang keponakan berbohong bahwa ia diberi mainan, padahal sebenarnya ia mencuri. Tapi ia kelihatannya hanya mencuri sesuatu yang ia senangi seperti mainan. Kalau uang sepertinya tidak diminati untuk dicuri. Pertanyaan kami, apa yang harus dilakukan? Bagaimana cara kami berbicara dengannya bahwa perilakunya itu tidak baik? Apakah perilakunya bisa berubah dan tidak terbawa sampai ia besar? Demikian Bu Mayke, atas jalan keluarnya kami ucapkan banyak terima kasih.Nona - Cibubur JAWAB:Nona, keponakan Anda tidak bisa dianggap melakukan perilaku menyimpang (mencuri) karena sebagai seorang anak kecil dia ingin sekali memiliki mainan seperti temannya dan belum bisa mengendalikan dirinya ketika melihat teman-temannya mempunyai mainan yang dia sukai. Perlu ditinjau ulang, apakah keponakan Nona diberikan kesempatan untuk membeli mainan atau orangtua terlalu sering melarangnya membeli mainan tanpa alasan yang jelas dan bisa dia pahami?Biasanya sampai usia sekitar 6—7 tahun (mulai TK sampai kelas 1 atau 2 SD), ada kecenderungan pada anak-anak  untuk memiliki barang orang  lain. Anak akan mengambilnya secara diam-diam. Kadang kala ia sudah tahu bahwa mengambil benda milik orang lain tidak dibenarkan, akan tetapi belum bisa memikirkan apa konsekuensi bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Penanganan terhadap kebiasaan mengambil mainan perlu dilakukan secara hati-hati. Pertama-tama, jangan menuduh anak sebagai pencuri, sebab anak bisa menilai dirinya sebagai orang yang mempunyai sifat buruk dan hal ini akan menghambat perkembangan konsep diri secara positif. Kedua, ajak anak bicara secara baik-baik, katakan bahwa Nona terkejut, sebab mainan yang dia akui sebagai pemberian teman, ternyata tidak benar. Buktinya, temannya merasa senang ketika mainannya ditemukan. Nyatakan pada anak bahwa Nona tahu, dia ingin sekali memiliki mainan kepunyaan temannya, tapi tidak berarti dibolehkan mengambilnya secara diam-diam sebab perbuatan itu bisa dikenai hukuman dan teman akan bersedih bila mainannya hilang. Cobalah cari tahu dari anak, siapa pemilik mainan yang Anda curigai milik temannya. Setelah cukup informasi, antarkan dia untuk mengembalikan mainan itu pada temannya. Bantulah dia berbicara dan menyatakan pada temannya bahwa dia telah membawa mainan tersebut secara diam-diam dan sekarang datang untuk mengembalikannya, serta meminta maaf sebab telah mengambil tanpa diketahui oleh teman. Bicaralah pada orangtua anak agar mereka lebih peka akan kebutuhan anak-anaknya, atau bila Nona segan pada mereka, orangtua bisa diminta untuk membaca tulisan ini.Apakah kebiasaan mengambil benda milik orang lain secara diam-diam akan terbawa terus sampai dewasa? Jawabannya bisa "ya" dan bisa "tidak", sebab masih banyak faktor yang ikut berperan, antara lain dipengaruhi oleh seberapa jauh segera dilakukan penanganan secara tepat oleh orangtua, bagaimana reaksi teman dan guru terhadap perilaku anak. Tapi setidaknya, bila anak tidak dituduh, tidak disudutkan, melainkan diberi tahu secara baik-baik, maka perilaku ini tidak akan berkembang menjadi kebiasaan buruk.