Duh, Anakku Doyan Chatting

By Ipoel , Kamis, 20 Maret 2014 | 00:00 WIB
Duh, Anakku Doyan Chatting (Ipoel )

TANYA:Ibu Mayke, sejak kami memasang jaringan internet di rumah 6 bulan lalu, anak perempuan saya (11) mulai doyan chatting. Memang ia cenderung pasif bila bersama teman-temannya, tapi ketika berhadapan dengan komputer, ia tampak asyik dan bersemangat chatting. Saya sempat mencoba memberi batas waktu, setiap hari hanya boleh 2 jam. Selebihnya ia harus belajar, boleh menonton teve, bermain bersama teman, dan sebagainya. Sejauh ini sih ia sering mengajak temannya ke rumah. Tapi ya itu, kegiatannya sama saja: chatting. Bagaimana caranya ya Bu supaya ia tidak kecanduan? Kalau saya beri tahu, ia malah ngambek dan tetap tak mau menuruti perkataan saya. Sementara kami tak mungkin menghentikan layanan internet karena suami membutuhkannya untuk mendukung pekerjaan. Apa hal negatif yang mungkin muncul dengan seringnya ia chatting? Semoga Ibu Mayke dapat memberikan solusi. Salam. Susan - via e-mailJAWAB:Salam kenal Ibu Susan. Pada era dimana teknologi komputer sudah merajalela dan dibutuhkan oleh masyarakat, ada saja untung ruginya. Chatting pada anak-anak, terutama anak usia sekolah ke atas, sangat mengasyikkan. Seperti yang Ibu katakan, putri Ibu tidak begitu aktif ketika bermain dengan teman-temannya, tapi ketika chatting terlihat bersemangat. Berdasarkan gejala apa Ibu  menganggapnya bersemangat, apakah karena tidak henti-hentinya dia chatting? Apakah Ibu sudah berusaha mencari tahu dengan siapa dia chatting, apakah sebatas chatting atau berselancar ke situs-situs lainnya? Cobalah ajak anak mengobrol dan Ibu bisa saling berbagi pengalaman chatting. Sambil ngobrol pula Ibu bisa membahas bahwa harus berhati-hati ketika chatting dengan orang yang tidak dikenal, apa bahayanya, informasi apa yang boleh dibagi pada rekan chatting-nya. Usahakan ketika membicarakan hal ini tidak dengan menggurui tapi berupa obrolan ringan. Bisa diceritakan pengalaman anak lain yang tertipu akibat chatting dengan orang tak dikenal. Kemukakan juga, Ibu bisa memahami kenapa dia menikmati chatting, tapi dia diharapkan bisa menyaring dengan baik dan membatasi diri. Chatting tanpa batas bisa memengaruhi kegiatan belajar, walaupun sebaliknya, chatting dapat digunakan untuk diskusi dengan teman mengenai pelajaran sekolah. Waktu yang diberikan selama dua jam setiap hari sudah cukup. Kalau teman datang ke rumah dan dia memanfaatkannya untuk chatting, maka waktu 2 jam ikut diperhitungkan. Ibu sulit memberi tahu dia, tapi sebenarnya bila aturan dibicarakan baik-baik dan orangtua bisa bersikap tegas, maka lama-kelamaan anak bisa mematuhi aturan yang sudah ditetapkan. Tegaskan bahwa komputer diutamakan untuk pekerjaan ayahnya dan bukan sekadar jadi tempat bermain. Berselancar melalui internet ada bahayanya, terutama untuk anak yang belum dewasa. Oleh karena itu lebih baik memasang program untuk mengunci situs tertentu sehingga anak tidak bisa membuka situs yang belum pantas dia unduh. Melakukan negosiasi soal chatting dan soal lain dengan anak remaja, membutuhkan keterampilan berbicara, sekali lagi, janganlah menggurui anak, tidak menasihatinya, tapi ajaklah anak ikut berpikir mengenai dampak positif dan negatif dari chatting apalagi bila berlebihan. Sekian dan semoga berhasil bernegosiasi dengan putri Anda.