Mengapa Makan Terburu-buru Tak Disarankan?

By Dini Felicitas, Rabu, 30 Maret 2016 | 23:00 WIB
Mengapa Makan Terburu-buru Tak Disarankan? (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Pagi adalah hari yang sibuk. Mama harus membangunkan anak-anak untuk ke sekolah, menyiapkan seragam sekolah, dan menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga. Padahal, Mama sendiri juga harus ke kantor. Akibatnya, Mama jadi terbiasa makan terburu-buru. Tak cuma di rumah, tetapi juga ketika makan di mall atau di kantor.

Padahal, makan terburu-buru ternyata tidak baik. Bukankah justru akan lebih nikmat jika kita makan sambil menikmati makanan yang dikonsumsi? Apalagi kalau Mama punya kesempatan untuk menikmati suasana di sekeliling. Misalnya saat makan di luar rumah. Coba perhatikan situasi di sekeliling meja duduk, entah itu tamu lain atau pemandangan yang ada di tempat makan. Lalu, kenapa kita tak boleh makan terburu-buru? Saat kita makan secara cepat, ternyata makanan yang masuk tak tercatat oleh otak. Ini karena rasa kenyang baru akan sampai ke otak sekitar 20 menit usai makanan dikonsumsi. Sehingga saat makan terburu-buru, tubuh akan merasa belum kenyang meski sudah mengonsumsi cukup kalori. Karena tak kunjung merasa kenyang itulah, makanan pun akan terus dimasukkan. Pada akhirnya, kuantitas makanan akan melebihi kebutuhan sehingga usaha menurunkan berat badan menjadi sia-sia. Dengan kata lain, semakin pelan Mama makan dan menikmati makanan, semakin bagus pula makanan dicerna oleh tubuh. Agar kebiasaan makan terburu-buru hilang, cobalah untuk makan secara perlahan. Dengan cara ini, Mama akan lebih peka terhadap jenis makanan yang masuk ke dalam mulut dan perut, juga lebih peka terhadap rasa kenyang. Artinya, Mama bisa menentukan berapa jumlah makanan yang tepat untuk dikonsumsi. Selain tahu jumlah makanan yang tepat, makan secara lebih pelan pun membuat kelezatan makanan lebih dapat dinikmati. Lebih lanjut, kebiasaan ini pun menghindarkan diri dari gangguan lambung seperti lambung terasa penuh (begah) atau terus-terusan bersendawa. (Tabloid Nova/Hasto Prianggoro)