Mencegah Kelahiran Prematur

By Santi Hartono, Selasa, 29 Maret 2016 | 09:00 WIB
Mencegah Kelahiran Prematur (Santi Hartono)

Laporan PBB yang berjudul “Born Too Soon, The Global Action Report on Preterm Birth”menyebutkan, 15 juta bayi lahir prematur setiap tahun di seluruh dunia. Di antaranya, lebih dari satu juta bayi meninggal karena komplikasi akibat lahir prematur. Indonesia menempati peringkat ke-5 negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak di dunia.

Normalnya janin“matang” pada usia kehamilan 37—40 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir/HPHT), sehingga siap lahir di antara waktu tersebut. Namun, bila kurang dari usia 37 minggu sudah lahir, disebut lahir prematur. Umumnya, kelahiran prematur disebabkan tiga faktor, yaitu penyebab yang berasal dari Ibu, bayi, dan kelainan pada rahim Ibu. FAKTOR IBU• Usia Ibu yang terlalu muda akan meningkatkan risiko kelahiran prematur, mengingat organ-organ kandungan Ibu belum matang sempurna. Sebaliknya, hamil di usia yang terlalu tua juga akan meningkatkan risiko kelahiran prematur, karena Ibu lebih cenderung memiliki masalah kesehatan lainnya, seperti diabetes atau hipertensi yang berpotensi memicu komplikasi berujung pada kelahiran prematur.• Ibu mengalami stres, karena stres berat dapat memicu kelahiran prematur. Stresberat menyebabkan perubahan jangka panjang pada sistem aliran darah dan jumlah hormon dalam tubuh serta kemampuan tubuh melawan infeksi. Hal-hal ini meningkatkan risiko kelahiran prematur. Dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan agar Ibu dapat mengatasi, bahkan terhindar dari stres. • Ibu melahirkan anak terlalu banyak, misalnya di atas lima kali, maka rahim sudah tidak kuat saat Ibu mengandung anak keenam dan seterusnya. Melahirkan  anak  lebih  dari empat kali disebut grande multipara  dan kehamilan  yang  terjadi setelahnya cenderung berisiko tinggi, termasuk mengalami kelahiran prematur. • Infeksi yang diidap ibu hamil, seperti infeksi saluran kemih (ISK) dan infeksi jamur di vagina. Gejala ISK antara lain: rasa seperti terbakar saat berkemih, sakit di seputar panggul/pusar, urine terlihat keruh dan berbau tak  seperti  biasanya.  Sedangkan gejala infeksi jamur di vagina, antara lain: rasa gatal, bibir vagina dan seputarnya tampak merah, sakit saat berhubungan intim,serta keluar cairan vagina yang tidak berbau, berwarna putih, dan lengket seperti keju.    Menurut sejumlah penelitian, infeksi diduga menyebabkan sekitar 40% kelahiran prematur. Karena itu, ibu hamil yang mengalami keputihan harus segera lapor ke dokter obsgin. Jangan sampai infeksi merusak suasana mulut rahim sehingga mudah terjadi pembukaan dan pengeluaran isi rahim. Untuk ISK, seringkali tak disertai gejala, sehingga pada trimester 2 ini, Ibu harus minta tes urine lengkap saat konsultasi ke dokter obsgin. Jika terdeteksi ada bakteri yang berpotensi menimbulkan infeksi, dapat segera diobati. Biasanya cukup dengan antibiotik sederhana yang aman untuk mamil. FAKTOR BAYI• Bayi mengalami kecacatan sejak di kandungan. Tubuh ibu hamil bisa mengenali  secara  alamiah  bila bayi tidak akan bertahan sehingga dilahirkan lebih cepat.• Kehamilan kembar atau bila bayi terlalu besar dalam kandungan. Jika bayi terlalu besar, rahim tidak akan kuat lagi menampung bayi. Rahim akan meregang sehingga terjadilah kontraksi. Melalui pemeriksaan rutin kehamilan, terutama pada trimester 2 ini,  Ibu  dapat  mencegah  kelebihan  berat  pada janin.     Biasanya saat trimester 2,  Ibu sudah enak makan,  tidak mual lagi,  sehingga makan jadi tidak terkontrol dan ini bisa membuat berat janin berlebih. Dengan pemeriksaan USG, dokter obsgin dapat melihat kenaikan berat janin yang perlu diwaspadai. Kalau berat janin jauh melebihi normal, Ibu harus mulai berdiet. Tapi  diet bukan berarti menahan lapar, harus dikonsultasikan dengan dokter ahli gizi, bagaimana mengurangi kalori tanpa harus menahan lapar. Misalnya, dengan banyak makan buah dan sayur segar serta banyak minum air putih. KELAINAN PADA RAHIM• Miom dan KistaMelalui pemeriksaan USG, dokter obsgin dapat mendeteksi kelainan pada rahim seperti adanya miom dan kista.  Kista merupakan tumor yang berisi cairan. Ada kista yang muncul saat kehamilan karena bersifat “fungsional” dan akan menghilang setelah plasenta terbentuk lengkap.  Ada juga kista yang tumbuh karena dipengaruhi hormon estrogen.     Dokter obsgin akan memantau perkembangan kista pada mamil. Bila kista tetap ada dan terus membesar melebihi 5 cm setelah usia kehamilan 16 minggu, dokter obsgin akan melakukan tindakan pembedahan. Pasalnya, kista yang terus membesar bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur. Jika janin sudah kuat di usia kehamilan 16—20 minggu, kista bisa dibuang. Aman dilakukan karena kista tumbuh di luar rahim.    Penanganannya berbeda jika dokter obsgin menemukan miom dalam rahim mamil. Miom adalah jaringan yang tumbuh di dalam atau sekitar rahim, sehingga dokter obsgin hanya akan memantau perkembangan miom dan pengaruhnya terhadap janin tanpa mengangkat miom tersebut. Mengangkat miom dari rahim berpotensi menimbulkan perdarahan hebat.     Umumnya, miom akan ikut menyusut bersama rahim tiga bulan setelah Ibu melahirkan. Setelah itu baru miom bisa dioperasi, sebelum Ibu hamil lagi untuk mencegah gangguan berulang. Kalau miom menyebabkan perdarahan atau kontraksi sebelum waktunya, biasanya dokter obsgin akan memberikan obat penguat kandungan dan meminta Ibu bedrest total sambil terus memantau kondisi kehamilannya.• Inkompetensi ServiksNormalnya, saat kehamilan telah memasuki usia 37—40 minggu, serviks (mulut rahim) mulai membuka dan memendek agar bayi dapat keluar. Namun, jika serviks mengalami kondisi ini pada trimester 2 sebelum waktu persalinan, istilahnya disebut dengan inkompetensi serviks. Biasanya disebabkan faktor bawaan  dan ketahuan setelah Ibu mengalami kelahiran prematur berulang kali.Dalam kondisi ini, upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah kelahiran prematur adalah dengan mengikat mulut rahim (cervical cerclage). Umumnya, pengikatan mulut rahim dilakukan pada usia kehamilan 16—18 minggu bergantung pada kondisi Ibu dan janin. Operasinya dilakukan dengan pembiusan lokal menggunakan benang berdiameter 0,5 cm. Pada saat kehamilan mencapai usia 36—37 minggu  atau saat bayi siap dilahirkan, benang akan dilepas kembali.

(Santi Hartono/Foto: newmommycenter)