Tabloid-nakita.com Kehamilan bisa terjadi di luar kandungan, istilah medisnya kehamilan ektopik. Pada kehamilan yang normal, pertemuan antara sel telur dan sperma terjadi di saluran telur. Setelah pembuahan terjadi, seharusnya hasil pembuahan ini berjalan menuju rongga rahim. Tapi pada kasus hamil di luar kandungan, hasil pembuahan tidak bisa mencapai rahim atau macet dan menetap di saluran telur atau tempat lainnya dalam perut Ibu, misalnya di leher rahim, dalam rongga perut atau di indung telur.
Otomatis, janin memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat bertahan hidup. Biasanya kehamilan di luar kandungan hanya bertahan 5—10 minggu. Kehamilan seperti ini tidak bisa diselamatkan sehingga sering terjadi keguguran. Namun, pada sejumlah kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, ada juga janin yang bisa bertahan hingga masa persalinan dan persalinannya dilakukan dengan cara sesar. INFEKSI TUBA FALLOPIPenyebab kehamilan ektopik tersering adalah infeksi pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim) dan adanya kerusakan di saluran telur yang membuat embrio tidak bisa menuju ke rahim. Pada beberapa kasus, ada kemungkinan penyebabnya ialah kesalahan salah satu jenis hormon pengaturan yang berperan dalam hal ini, sehingga perjalanan hasil pembuahan tidak lancar alias mengalami hambatan.
Semua perempuan berisiko mengalami kehamilan di luar kandungan. Hanya saja, risiko kehamilan ektopik meningkat pada Ibu yang memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba fallopi, ada kelainan kongenital pada tuba fallopi, memiliki riwayat PMS (penyakit menular seksual), dan risiko meningkat pada yang pernah aborsi berulang.
Saat usia kehamilan mencapai 6—10 minggu, Ibu dengan kehamilan ektopik akan mengalami sakit mendadak pada salah satu panggul, perdarahan vagina di luar jadwal menstruasi, nyeri yang sangat di daerah perut bagian bawah, hingga bisa sampai pingsan, terlihat pucat, tekanan darah rendah namun denyut nadi meningkat. DETEKSI DINIKarena tanda-tanda kehamilan ektopik sama dengan kehamilan normal, maka kehamilan ektopik sulit dideteksi hanya dengan pemeriksaan luar. Untuk itu diperlukan pemeriksaan melalui USG (ultrasonografi), dari sini dapat terlihat apakah ada yang berbeda di saluran telur, apakah ada pendarahan dan janin ada di luar rahim.
Selain itu, deteksi kehamilan ektopik juga bisa dilakukan dengan pengukuran kadar hormon kehamilan HCG (Human Chrionic Gonadotopin). Ibu yang mengalami kehamilan ektopik, kadar HCG-nya tidak mengalami peningkatan. Cara lainnya dengan laparakospi atau pembedahan dengan sayatan kecil di bagian bawah perut untuk pemeriksaan bagian dalam.EMBRIO DIANGKATKarena kehamilan ektopik sangat berisiko terhadap keselamatan Ibu, umumnya dokter akan mengambil keputusan untuk membatalkannya melalui operasi guna mengangkat embrio, sebagian atau keseluruhan saluran telur yang pecah, dan dibersihkan hingga tak ada jaringan yang tertinggal.
Jika hanya salah satu saluran telur yang diangkat, Ibu masih memiliki kemungkinan untuk hamil kembali dan melahirkan normal. Sangat penting untuk mengonsultasikannya kepada dokter atau bidan apabila Ibu memutuskan untuk hamil kembali. Lakukan konsultasi sebelum dan selama kehamilan guna menghindari kejadian yang sama terulang dan menjaga kehamilan tetap berlangsung dengan baik hingga masa persalinan nanti. Tapi jika kehamilan ektopik ini telah membuat kedua saluran telur diangkat, tentu Ibu tak bisa hamil kembali atau menjadi infertil. Pada kondisi ini, Ibu sangat membutuhkan dukungan suami, saudara, keluarga, ataupun teman dekat agar dapat pulih dan bisa melewati kesedihan karena kehilangan janin atau saluran telurnya. Di masa-masa yang sangat berat ini, sebaiknya Ibu tidak memendam kesedihan sendiri. Kehadiran Porang terdekat sangat dibutuhkan untuk menguatkan mental Ibu.
Santi Hartono. Foto: Thinkstock