Tabloid-Nakita.com - Mencari nama bayi ternyata bukan masalah sepele, malah bisa menjadi pekerjaan yang serius. Tak jarang, “hanya gara-gara” nama ini, mama, papa berikut keluarga besar harus adu argumen.
Ronny Setyo Wiwoho dan Vira Ezariani, orangtua Gavin Ahmad Rasyani (8 bulan) bercerita, “Mencari nama bayi itu gampang-gampang susah. Saya inginnya ini, istri inginnya itu. Mertua juga ‘titip’ nama. Pusing juga lama-lama. Belum lagi, nama yang sudah kita pilih dan sepakati ternyata sudah banyak dipakai orang. Terpaksa muter otak lagi.”
Psikolog Viera Adella, Psi, MPsi, seakan membenarkan apa yang diceritakan Ronny dan Vira. Tantangan terbesar orangtua adalah agar tidak terjadi konflik keluarga besar saat mencari nama bayi. Sumbangan nama dari kakek nenek, misal, terkadang dirasa sangat tidak up to date. Membayangkan kelak anaknya akan “terasing” atau “terlecehkan” hanya karena nama itu membuat orangtua ingin menolaknya.
Namun dari sisi pandang kakek nenek, mencari nama bayi harus mengandung nilai-nilai spiritual yang perlu dilanggengkan. “Nah, pertentangan antara kreativitas dan nilai-nilai tradisional inilah yang cukup banyak menyita waktu sehingga akhirnya orangtua harus mencari titik kompromi demi kebaikan banyak pihak,” kata psikolog keluarga yang biasa disapa Della ini.
Akhirnya jadilah nama seperti Raden Roro Alexa Geofany, Muhammad Ricky, atau Leonardo Chaniago. Untuk menghadapi “egoisme” para kakek dan nenek ini, saran Della, lakukan diskusi yang menyenangkan.
“Buka wawasan dan perspektif selebar-lebarnya, cari lebih banyak informasi, pelajari secara mendalam maknanya. Yang penting, jagalah suasana kondusif agar konflik ini tidak mengarah ke saling menyalahkan atau melecehkan satu sama lain,” tambahnya.
Konflik suami istriKonflik lain saat mencari nama bayi yang kerap tak terhindarkan? Betul, adu debat yang terjadi antarpasangan. “Ada istri yang ingin memberikan nama bayi dengan tiga kata karena ingin ada filosofi atau harapannya tercermin di nama-nama tersebut. Sementara, sang suami hanya ingin menamai dengan dua kata dengan alasan kepraktisan; lebih mudah dikenal, lebih mudah diingat,” cerita Della.
Toh, menurut Della, ini sepenuhnya wajar karena di zaman modern ini, proses mencari nama bayi lebih merupakan aktivitas kreatif dari kedua orangtua. Baik suami maupun istri akan melakukan diskusi dinamis untuk memunculkan ide nama anak. Kesepakatan saat mencari nama bayi diperoleh setelah mereka memunculkan beberapa pilihan nama, dengan keputusan akhir umumnya setelah melihat kondisi anak saat lahir.
Hal inilah yang dilakukan Viana dan Fimi, mama papa dari Bismi Asyifatu Privia Putri (2,5 bulan). Saat mencari nama untuk bayinya yang baru lahir, mereka sepakat untuk membagi “jatah”; nama depan jatah suami, sementara nama tengah dan nama panggilan adalah jatah istri. Konflik kecil tetap terjadi, namun “hanya” saat meletakkan urutan nama yang ternyata cukup panjang.
“Memang sempat adu argumentasi kecil sih sama suami soal urutan namanya. Apakah Privia dulu atau Putri duluan. Akhirnya kami berdua sepakat, Privia akan diletakkan di depan nama Putri. Jadilah, Bismi Asyifatu Privia Putri. Dan nama panggilannya adalah Sisi,” cerita Viana.
Hm... mencari nama bayi ternyata sangat menantang, ya!
Narasumber: Viera Adella, Psi, MPsi, Biro Psikologi Konselor, Jl. Markisa Raya No. 6, Cinere Blok A, Depok
(Ervina Diah K.)