Induksi Laktasi

By Santi Hartono, Senin, 28 Maret 2016 | 06:00 WIB
Induksi Laktasi (Santi Hartono)

Tabloid-nakita.com. Induksi laktasi biasa dilakukan pada ibu  yang mengadopsi bayi dan berkeinginan kuat untuk menyusui secara langsung. Caranya dengan memberikan pesan ke tubuh untuk memproduksi ASI. Seperti dijelaskan Bidan Lisna, SKeb., dari RS Bunda, Jakarta,  produksi ASI melibatkan unsur hormonal. Hormon yang terlibat adalah prolaktin dan oksitosin. Kedua hormon ini dikeluarkan oleh hipofisis (otak). Prolaktin  dikeluarkan oleh hipofisis bagian depan, sedangkan oksitosin oleh hipofisis bagian belakang. Jika kedua hormon ini dapat dirangsang untuk keluar, maka Ibu bisa memproduksi ASI dan menyusui.      Bagaimana caranya? Ini beberapa hal yang perlu Ibu lakukan untuk merangsang keluarnya hormon prolaktin dan oksitosin agar dapat memproduksi ASI dan menyusui.- Tenang dan percaya diri.Siapkan diri Ibu, ketenangan dan percaya diri yang baik akan memperlancar pengeluaran hormon ASI. Hindari pekerjaan yang terlalu melelahkan, tekanan yang membuat stres, atau masalah psikologis yang dapat mengganggu ketenangan Ibu. Ciptakan rasa bahagia. Percaya diri bahwa Ibu mampu memberi ASI kepada bayi perlu dikuatkan. Lakukan hal-hal menyenangkan, seperti belanja perlengkapan bayi, mendekorasi ruang bayi, atau aktivitas lain yang dapat membuat Ibu senang dan bahagia.- Stimulasi payudara.Sebelum menyusui, lakukan stimulasi payudara. Bisa dengan memijatnya, stimulasi puting, atau mencoba memompa ASI menggunakan pompa listrik. Usaha ini penting dilakukan untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI. Jika bingung melakukannya, berkonsultasilah terlebih dahulu kepada ahli laktasi seperti bidan atau dokter.- Minta bayi mengisap puting.Isapan bayi adalah hal terbaik bagi payudara untuk memproduksi dan mengeluarkan ASI. Sebab, isapan bayi akan mengirim sinyal ke hipofisis untuk memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin. Posisikan bayi dengan baik sehingga ia bisa mengisap secara tepat. Berikan stimulasi dengan meneteskan susu di puting sehingga bayi akan mengisap lebih keras. Lakukan sesering mungkin sehingga sinyal ke hipofisis lebih banyak dan stimulasi pengeluaran hormon pun lebih banyak. Di awal proses mengisap, dokter atau bidan bisa saja menganjurkan menggunakan alat bantu berupa pemakaian pipa nasogastrik. Pipa ini ditempelkan di puting Ibu, kemudian  dihubungkan ke cangkir atau semprit yang berisi susu atau ASI donor. Dengan begitu, bayi akan terus berusaha mengisap.- Yakin dan sabar.Dibutuhkan keyakinan dan kesabaran Ibu sampai ASI benar-benar keluar.  Percayalah, Ibu bisa memberikan induksi laktasi bagi bayi adopsi meski terkadang butuh waktu cukup lama sampai ASI diproduksi, sekitar 1—6 minggu. Pahami hal-hal yang bisa menghambat pengeluaran ASI dan penanganannya, seperti:  keengganan bayi menyusu, usia bayi yang sudah di atas 12 minggu, sudah terbiasa menyusu dengan botol, sudah diberikan makanan pendamping, dan lainnya. Ibu perlu yakin dan sabar bisa mengatasi ini semua: ajak bayi untuk mau menyusu; hindari penggunaan botol; jika sudah diberikan makanan pendamping, cobalah memberi ASI terlebih dahulu; dan yang penting, motivasi Ibu harus tetap kuat.-  Kontak kulit.Lakukan kontak kulit sesering mungkin dengan bayi. Ibu bisa menggendongnya dengan metode kanguru dimana kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit Ibu, tidurlah bersama bayi di setiap waktu, gendonglah sesering mungkin, peluk dan ciumlah, lakukan sendiri semua aktivitas yang terkait dengan bayi, seperti: memandikan, mengganti popok, memakaikan baju, dan lainnya. Dengan begitu, Ibu semakin merasa dekat, lekat, dan bahagia yang diharapkan memudahkan pengeluaran hormon prolaktin dan oksitosin. -  Penggunaan obat hormonal.Menstimulasi produksi ASI juga bisa dilakukan dengan pemberian obat hormonal, seperti: pil domperidon, provera, atau prometrium. Namun pemberian ini sebaiknya dikonsultasikan secara detail kepada dokter mengenai dosis dan frekuensi pemberian. Konsultasikan pula efek samping jika menggunakan obat hormonal ini. Nah, kini tak ada lagi hambatan untuk bisa menyusui si kecil ya, Bu.

(Santi Hartono/Istock)