Tabloid-Nakita.com - Buat anak, bermain tidak sekadar menyenangkan, tetapi dapat memberi banyak manfaat. Apalagi usia batita merupakan masa emas pertumbuhan otak, sehingga pemberian stimulasi melalui kegiatan bermain dapat mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan batita.Mildred Parten yang memopulerkan teori perilaku bermain sosial, mengidentifikasi 6 tahapan perkembangan bermain anak, dengan sebutan Parten’s Classic Study of Play. Gagasan Parten mengenai tahapan perkembangan bermain ini sering dijadikan acuan dalam menilai kemampuan sosial anak. Bila memang sampai usia tertentu, perilaku bermain sosialnya tidak berkembang, Ibu dan Papa dapat melakukan konsultasi kepada psikolog anak.Nah, berikut ini keenam tahapan perkembangan bermain tersebut!1. Unoccupied play. Pada tahap ini, si batita terlihat bermain tidak seperti yang umumnya dipahami sebagai kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian di sekitar yang menarik perhatiannya. Bila tak ada hal menarik, ia akan menyibukkan diri. Ia mungkin hanya berdiri di suatu sudut, melihat ke sekeliling ruangan atau melakukan beberapa gerakan tanpa tujuan tertentu. Ia belum menunjukkan minat pada aktivitas atau objek lainnya. Begitulah anak di awal usia batita. 2. Solitary play. Si batita mulai bermain, tetapi asyik sendiri. Ia tidak memerhatikan hal lain yang terjadi, belum menunjukkan antusiasmenya kepada lingkungan sekitar, khususnya orang lain. Tahapan bermain ini dilakukan batita hingga usia 2 tahun. Perlu dipahami oleh Ibu dan Papa, bagi si kecil, bermain tidak selalu seperti aktivitas bermain yang dipahami oleh orang dewasa. Ketika ia merasa antusias dan tertarik akan sesuatu, saat itulah anak disebut bermain, walaupun mungkin anak hanya sekadar menggoyangkan badan, menggerakkan jari-jarinya, dan lain-lain. 3. Onlooker play.Si batita mulai memerhatikan lingkungannya, ia suka melihat atau memerhatikan anak lain yang sedang bermain. Di sinilah anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan. Walaupun mulai tertarik dengan aktivitas lain yang diamatinya, namun ia belum memutuskan untuk bergabung, dia baru sampai pada tahapan mempertimbangkan apakah akan bergabung atau tidak.4. Parrarel play.Pada tahap ini, anak bermain terpisah dari teman-temannya, namun ia menggunakan jenis mainan yang sama ataupun melakukan kegiatan yang sama dengan temannya. Anak bahkan sudah berada dalam suatu kelompok, walaupun belum atau tak ada inteaksi di antara mereka. Umumnya mereka mulai tertarik satu sama lain, namun belum merasa nyaman untuk bermain bersama.5. Associative play.Anak mulai terlibat dalam interaksi sosial yang intens dan bekerja sama. Sudah ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama, namun biasanya belum ada peraturan permainan. Misal, anak bermain kejar-kejaran, namun sering kali tak jelas siapa mengejar siapa. Tahapan bermain ini biasanya dilakukan oleh sebagian besar masa anak-anak prasekolah.6. Cooperative play. Pada tahap ini, anak memiliki interaksi sosial yang teratur. Kerja sama atau pembagian tugas (peran) dalam permainan mulai diterapkan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Umpama, bermain sekolah-sekolahan, membangun rumah-rumahan, dan lain-lain. Tipe permainan ini yang mendorong timbulnya kompetisi dan kerja sama anak. Tahapan bermain ini dapat dimainkan anak prasekolah dalam bentuk sederhana.