Bolehkah Menegur Anak Orang Lain?

By Dini, Rabu, 23 Maret 2016 | 00:45 WIB
Bolehkah Menegur Anak Orang Lain? (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Gemas melihat kelakuan seorang bocah yang tidak sopan, atau tidak pantas dilakukan karena ia sudah cukup besar untuk mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Masalahnya, anak itu bukan anak Mama. Herannya lagi, orangtuanya mendiamkan saja perilakunya yang keterlaluan itu.

Kalau sudah begini, bolehkah Mama menegur perilaku anak orang lain itu? Karena, Mama tentu tidak ingin menyinggung perasaan orangtua anak tersebut, selain tak ingin dianggap ikut campur urusan orang lain. Namun, jika perilaku anak tersebut membahayakan atau merugikan orang lain, Mama tidak bisa mengabaikannya.

"Anda tidak bisa dianggap mengganggu wewenang orangtua lain ketika Anda sedang melindungi anak Anda sendiri," tegas Michele Borba, EdD, seorang penasihat keluarga dan penulis buku No More Misbehavin': 38 Difficult Behaviors and How to Stop Them. Meskipun begitu, berikan respons atau teguran sesuai dengan situasinya.

Mama bisa mengikuti aturan menegur perilaku anak orang lain sesuai saran Borba berikut ini:

* Tegur dengan halus. Jangan pernah membentak, mencubit, atau bahkan memukul bokongnya, meskipun anak tersebut melakukan sesuatu yang berbahaya dan merusak. Karena, tujuan Mama adalah mengoreksi perilakunya, bukan menghukumnya.

* Rencanakan sebelumnya. Diskusikan aturan-aturannya dengan orangtua si anak (contohnya, berapa lama ia boleh menonton televisi, dan apa yang boleh dipilihnya sebagai kudapan), dan sepakati lebih dulu konsekuensinya.

* Jelaskan harapan Mama mengenai perilakunya. Seorang anak tidak akan menaati batasan-batasan kecuali Mama sudah menetapkannya. Luangkan waktu beberapa menit untuk mengingatkannya, misalnya, "Nanti tidak boleh lari-lari atau bermain bola di dalam rumah, ya. Semua harus berbagi. Mainan harus dibereskan kalau kalian sudah selesai bermain."

* Biarkan anak melakukan kesalahan kecil. Kalau ada anak yang tidak mengucapkan terima kasih setelah diberi minuman dan kue-kue, atau menjatuhkan mainannya, tak perlu ditegur. Ingat, setiap orangtua punya standar yang berbeda mengenai perilaku yang bisa diterima.

* Jangan membuatnya malu. Sebaiknya Mama tidak menegur anak di depan teman-temannya. Anggap anak sebagai bagian dari kelompok. Katakan, "Tante lihat semua sudah capek, ya. Yuk, kita istirahat dulu sambil makan kue."

* Tekankan hal positifnya. Ketika Mama ingin mengingatkan salah satu anak untuk berbagi, membereskan mainan, atau berhenti melemparkan barang-barang, berikan pujian setelah itu karena ia telah berbuat baik. Dan, lakukan hal ini secara pribadi ketika anak tidak terganggu perhatiannya oleh yang lain.

Jika Mama dan orangtua si anak sudah saling sepakat dengan aturan ini, tentu menegur perilaku anak orang lain tidak lagi tabu. Begitu juga teman Mama ketika berniat menegur anak Mama. Malahan, Mama akan saling berterima kasih untuk itu.

(Dini/Parents)