Bahaya Menahan Pup Terlalu Lama

By Dini, Senin, 15 Februari 2016 | 00:30 WIB
Bahaya Menahan Pup Terlalu Lama (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Seberapa sering harus BAB (buang air besar) pada dasarnya tergantung setiap individu. Rata-rata orang biasanya pup satu kali sehari. Meskipun begitu, hal itu tidak harus menjadi pegangan yang harus dipenuhi semua orang.

Menurut situs Livescience, para ahli gastroenterologi sepakat bahwa apa pun yang dalam kisaran tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu dapat dikatakan normal, selama fesesnya tidak terlalu keras atau terlalu lunak. Namun jika Mama pup kurang dari tiga kali seminggu, atau tidak BAB dua kali dalam tiga minggu, Mama harus mulai waspada.

Karena, menurut para peneliti dari Columbia University, semakin lama pup tidak dikeluarkan, semakin banyak simpanan air di dalam tubuh yang akan menyerap air dari feses. Akibatnya, Mama jadi sembelit, dan tinja menjadi keras ketika harus dikeluarkan. Mama juga perlu mengetahui bahaya jika menahan BAB terlalu lama.

Semakin kuat Mama mengejan (ngeden), rasa sakit semakin terasa. Mama juga akan mengalami risiko terkena wasir (pelebaran pembuluh darah pada anus), atau mengalami robekan pada kulit di sekitar anus.

Sementara itu, otot sfingter (otot yang melingkar di dalam anus, yang bisa meregang atau mengendur untuk menahan keluarnya feses), bisa rusak jika Mama kebiasaan menahan pup dalam waktu lama. Yang dimaksud rusak adalah, otot tersebut tidak lagi elastis. Akibatnya, setiap kali harus BAB Mama harus ngeden. Tidak nyaman kan, rasanya?Memang, ada kalanya Mama harus menahan pup. Misalnya, ingin pup tetapi kebersihan toilet tidak terjaga. Atau, berada dalam antrian panjang yang tidak mungkin diulang. Atau, sedang di tengah-tengah kemacetan. Tetapi, idealnya kita harus langsung mengeluarkannya jika tidak ada halangan apa pun.
Menahan BAB terlalu lama juga tidak baik karena itu berarti membiarkan kotoran atau hasil buangan berikut racunnya masih berada di dalam tubuh. Ketika tinja menjadi begitu kering dan keras, ada kalanya dokter harus menggunakan cara manual untuk memecahkannya menjadi kecil-kecil dan lebih mudah dikeluarkan. Dalam kondisi ekstrim, kita harus menjalani operasi untuk mengeluarkan tinja tersebut.

(Dini/NineMSN)