Pekan Sadar Malnutrisi, Pentingnya Pencegahan Lewat Gizi yang Seimbang

By Ratnaningtyas Winahyu, Rabu, 18 September 2024 | 15:02 WIB
Perhimpunan Nutrisi Indonesia dan Nutricia Sarihusada mengadakan edukasi memperingati Pekan Sadar Malnutrisi (Freepik.com)

Nakita.id – Malnutrisi pada anak adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan upaya bersama, terutama di 1000 hari pertama kehidupan anak.

Saat ini, malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak dan ibu hamil.

Terlihat dari hasil Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan RI, angka nasional prevalensi stunting tahun 2023 sebesar 21,5 persen, yang artinya hanya turun 0,1 persen jika dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar 21,6 persen.

Selain itu, berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization (FAO) kasus malnutrisi di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu menduduki peringkat ketiga di Asia Tenggara.

Faktor kemiskinan, kurangnya akses terhadap pangan bergizi, rendahnya pengetahuan tentang gizi, serta ketidakmerataan layanan kesehatan menjadi penyebab utama dari malnutrisi di berbagai wilayah Indonesia.

Perhimpunan Nutrisi Indonesia (Indonesian Nutrition Association/INA) telah berusaha dan berpartisipasi memerangi malnutrisi dengan melakukan berbagai kegiatan.

Salah satunya dengan menjadi duta kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi (Malnutrition Awareness Week/MAW) yang diselenggarakan oleh American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) sejak 2017. 

Tahun 2024 ini, MAW dilaksanakan pada tanggal 16 - 20 September dengan melakukan kegiatan edukasi atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai dampak dan pencegahan malnutrisi didukung oleh Nutricia Sarihusada dengan tema ‘Wujudkan Indonesia Sehat dengan Cegah Malnutrisi Sedari Dini’.

“Perlu diketahui, riset dari Center for Indonesian Studies (CIPS) menyebutkan bahwa 21 juta masyarakat atau setara 7 persen dari total populasi penduduk Indonesia, kekurangan gizi dengan asupan kalori per kapita harian di bawah standar Kementerian Kesehatan yang sebesar 2.100 kkal. Malnutrisi, jika tidak dikenali dan diobati, dapat memperburuk kondisi kesehatan individu, terutama mereka yang berisiko seperti orang tua, penderita penyakit kronis, dan pasien dengan infeksi." papar Presiden INA (Indonesian Nutrition Association/Perhimpunan Nutrisi Indonesia), Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K).

"Malnutrisi bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan, seperti peningkatan biaya rawat inap dan rehabilitasi.” sambungnya.

Lebih lanjut, dr. Luciana juga menekankan pentingnya mencegah malnutrisi sedini mungkin dengan meningkatkan kesadaran akan tanda-tanda malnutrisi, serta pentingnya kolaborasi lintas sektor.

Baca Juga: Indonesia Sedang Menghadapi Beban 3 Lapis Malnutrisi, Bagaimana Mengatasinya?