Benarkah Melahirkan di Hari Minggu Cukup Berisiko?

By Puri, Selasa, 1 Desember 2015 | 04:00 WIB
Benarkah Melahirkan di Hari Minggu Cukup Berisiko? (Puri)

Tabloid-Nakita.com - Tak sedikit wanita yang memilih untuk melakukan persalinan caesar karena dianggap lebih cepat ketimbang persalinan normal. Padahal, baik persalinan normal dan caesar sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Nah, jika Mama berniat melakukan persalinan caesar, para ahli menyarankan agar Mama tidak memilih hari minggu untuk melahirkan. Mengapa?Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Imperial College London Hospital, mengatakan bahwa bayi yang lahir pada akhir pekan atau tepatnya di hari Minggu memiliki risiko lebih tinggi untuk kasus kematian dalam tujuh hari pertama kehidupan.Para peneliti dari Imperial College London Hospital menggunakan database Hospital Episode Statistics untuk menganalisa kelahiran akhir pekan di Inggris antara 1 April 2010 hingga 31 Maret 2012. Para peneliti berfokus pada infeksi, kondisi darurat, cedera, dan kematian bayi saat dilahirkan maupun kematian dalam tujuh hari pertama kehidupan.Hasil penelitian menunjukkan, tingkat risiko kematian pada bayi yang dilahirkan pada akhir pekan mencapai 7,3 persen per 1.000 bayi, cukup besar ketimbang tingkat risiko pada bayi yang lahir di hari kerja yaitu 0,9 persen per 1.000 bayi. Tim peneliti memperkirakan telah terjadi 770 kematian dan 470 infeksi pada bayi yang dilahirkan pada akhir pekan.Ahli kebidanan Jonathan Snowden dan Aaron Caughey mengakui, bahwa kelahiran di akhir pekan adalah sesuatu yang tak bisa dicegah. Namun, hasil studi ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi penyedia layanan kesehatan untuk memberikan perhatian lebih pada bayi yang dilahirkan pada akhir pekan.Sebuah studi yang pernah dilakukan oleh para peneliti Johns Hopkins di tahun 2012 sempat menjelaskan fenomena ini. Setelah menemukan bahwa orang yang dirawat pada akhir pekan cenderung menghadapi risiko kematian lebih tinggi ketimbang mereka yang dirawat pada hari kerja.  Peneliti menilai: kurangnya jumlah tenaga dokter yang berpengalaman dan perawat di akhir pekan—terkait hari libur—membuat pasien kurang mendapat perhatian.