Tabloid-Nakita.com - Kepala Sub Direktorat Sumdaling Reserse Kriminal Khusus (Reskrimsus) Ajun Komisaris Besar Adi Vivid mengatakan, penggerebekan klinik aborsi di Jalan Cimandiri dan Jalan Cisadane, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, berawal dari adanya laporan mengenai banyaknya tawaran aborsi yang disampaikan via internet.
Adi menilai maraknya praktek aborsi ilegal sangat mengkhawatirkan. Karena selain tidak berizin, klinik-klinik aborsi tersebut menggunakan tenaga medis gadungan. Adi mengatakan, dalam penggerebekan yang dilakukan terhadap dua klinik, mereka menemukan salah satu tenaga medis yang hanya tamatan SMP.
"Tenaga medis yang bekerja di sini tidak ada satupun yang berlatar belakang ahli kandungan. Kebanyakan hanya dokter umum, bahkan ada salah satunya yang hanya tamatan SMP. Bayangkan betapa bahayanya ini," kata Adi.
Maraknya klinik aborsi ilegal di Cikini diakui oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Namun, mereka mengaku kesulitan untuk menertibkannya. Penyebabnya, karena klinik-klinik aborsi ilegal banyak yang berkedok tempat usaha di bidang lain yang tidak sama sekali berhubungan dengan bidang kesehatan.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes DKI Jakarta Maria Margaretha mengatakan, klinik-klinik yang berhasil ditemukan oleh tim gabungan menggunakan kamuflase agar tak tampak seperti sebuah klinik. Ia kemudian menyontohkan klinik yang digerebek di Jalan Cimandiri.
"Kami kesulitan karena pelangnya itu tulisannya agen travel, kantor pengacara. Karena itu kami minta bantuan polisi," kata Maria.
Pantauan Kompas.com, klinik aborsi ilegal yang ada di Jalan Cimandiri tidak memasang satupun pelang yang menandakannya sebagai sebuah klinik. Yang ada justru pelang kantor pengacara dan pelang agen tiket perjalanan.
Maria menilai, kebanyakan klinik-klinik aborsi ilegal menggunakan tempat dan alat-alat yang secara medis tidak laik untuk kegiatan operasi. Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak tergiur untuk menggunakan jasa klinik-klinik tersebut.
Dari penggerebekan dua klinik aborsi ilegal yang ada di Cikini, polisi menangkap sembilan tersangka yang memiliki peran berbeda, masing-masing sebagai dokter, karyawan, dan calo.
(Kompas.com/Alsadad Rudi)