Efek Tengkorak Kecil pada Perkembangan Bayi

By Dini, Rabu, 3 Februari 2016 | 05:30 WIB
Efek Tengkorak Kecil pada Perkembangan Bayi (Dini)

Tabloid-Nakita.com - Ibu hamil kini diminta untuk berpikir dua kali sebelum melakukan perjalanan ke negara-negara Amerika Latin dan Karibia demi memerangi peningkatan kasus Zika dan hubungannya dengan mikrosefali. Ini suatu kondisi yang jarang, namun fatal karena menyebabkan otak bayi yang belum lahir menyusut.

Sebanyak 80% dari mereka yang terinfeksi virus Zika bahkan tidak merasa sakit dan sebagian besar memiliki gejala yang relatif ringan seperti demam, ruam, nyeri sendi atau mata merah. Tapi ada kekhawatiran besar tentang bahaya bagi ibu hamil dan bayi dalam kandungan.

Virus Zika sejalan dengan peningkatan tajam jumlah kelahiran bayi dengan kepala abnormal atau mikrosefali, demikian menurut Dr. Margaret Chan, Direktur Jenderal WHO. Tidak ada hubungan yang pasti antara Zika dan gangguan mikrosefali, tetapi hal ini tetap perlu menjadi perhatian. 

“Bayi dengan mikrosefali memiliki otak dan tengkorak abnormal berukuran kecil untuk usia mereka, di dalam rahim hingga pada saat lahir, dengan berbagai tingkat kerusakan otak sebagai efeknya. Kondisi ini bisa disebabkan karena beberapa faktor: infeksi, virus, racun, atau faktor genetik yang tidak diketahui,” Jean-Francois Delfraissy dari France's Inserm Medical Research Institute.Apa efek mikrosefali bagi perkembangan bayi?

“Dalam kasus-kasus serius, mikrosefali bisa menyebabkan kematian dini. Jika otak belum atau tidak berkembang, tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Di Polinesia Perancis (salah satu wilayah yang terkena dampak), cacat ini menyebabkan sebagian besar bayi lahir mati,” Andre Cabie, kepala bagian penanganan infeksi penyakit di University Hospital of Martinique.

Untuk anak-anak yang bertahan hidup dengan mikrosefali, ada kemungkinan memiliki masa depan yang suram. Dalam kasus terburuk, anak-anak akan mengalami gangguan dalam berpikir maupun cacat fisik. "Ada kemungkinan anak akan berjuang dengan gangguan psikomotor yang ditandai dengan lambatnya pemikiran, berbicara, maupun gerakan fisik,” tambah Jean-Francois Delfraissy.

Delfraissy menambahkan, banyak jenis infeksi virus, seperti rubella atau cytomegalovirus, yang dapat menyebabkan cacat fisik dan kekurangan intelektual pada janin. Kondisi ini terutama selama tiga bulan pertama kehamilan, ketika organ-organ vital sedang terbentuk. Virus dapat melakukan perjalanan melalui plasenta dan menginfeksi janin secara langsung, termasuk di bagian otak, katanya.

Kasus mikrosefali diduga terkait dengan virus Zika karena memang telah meningkat di zona wabah Zika. Virus juga telah terdeteksi pada bayi yang lahir mati dengan mikrosefali maupun dalam cairan ketuban. Hubungan antara Zika dan mikrosefali sangat mungkin, namun belum terbukti secara ilmiah.

“Ini adalah situasi yang sangat baru. Sampai beberapa bulan yang lalu, kami tidak tahu bahwa Zika bisa menyebabkan infeksi kongenital (yang hadir sejak lahir) dan mikrosefali. Ini membuat kita semua terkejut. Bukti adanya hubungan antar keduanya relatif kuat, dan dianggap cukup kuat untuk mengambil langkah-langkah kesehatan untuk masyarakat,” Laura Rodrigues dari London School of Hygiene dan Tropical Medicine melalui Science Media Centre.Hingga saat ini studi masih dilakukan untuk lebih memahami bagaimana virus dapat memengaruhi janin. Kesulitannya adalah bahwa orang yang terinfeksi virus biasanya tidak memiliki gejala. Seorang wanita hamil dapat terinfeksi tanpa menyadarinya. Di sisi lain, beberapa kasus juga sedang diamati pada wanita hamil yang terinfeksi Zika namun anak-anaknya tidak terkena mikrosefali.

(KompasHealth)