Ini Cara Jitu Agar Anak Suka Matematika

By Ipoel , Senin, 11 Mei 2015 | 02:00 WIB
Ini Cara Jitu Agar Anak Suka Matematika (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Salah satu penyebabnya adalah sejak kecil orangtua kerap menanamkan, matematika adalah pelajaran rumit dan sulit, penuh dengan hitung-hitungan dan angka yang memusingkan kepala. Saat balita, orang dewasa kerap memberondonginya dengan pertanyaan, ”Satu tambah satu berapa hayooo?” akibatnya, pikiran negatif ini akan terbawa terus dan membuat anak takut saat berhadapan dengan pelajaran matematika. Kalah mental sebelum berperang.

Untuk itu, agar bibit-bibit unggul yang mahir berhitung lahir, maka sejak kecil anak harus ditanamkan, matematika adalah pelajaran sangat mudah dan menyenangkan. Dengan begitu, anak akan suka. Kalau sudah suka, anak akan lebih giat berlatih, sehingga ia lebih menguasai pelajaran ini. Bila ini dilakukan, bukan tidak mungkin bila pelajaran ini tak akan menjadi momok lagi, bahkan bukan tidak mungkin menjadi pelajaran favorit alias disukai anak.

Ini Cara Jitu Agar Anak Suka Matematika

1. Mengurutkan bilangan (membilang).

          Anak 4 tahun dapat membilang atau mengurutkan angka secara bertahap, sampai 5 atau 10, dan seterusnya. Contoh, orangtua menyebutkan angka 1, 2, 3, 4, 5, kemudian tanyakan pada anak angka berapa berikutnya dan minta ia melanjutkan hitungannya. Lakukan sambil beraktivitas di dapur seperti memasukkan 3 sendok takar gula ke dalam gelas atau 10 potong sayuran ke dalam panci.

2. Mencocokkan angka dengan jumlah benda

Pada proses belajar membilang, setiap anak diberitahu tulisan dari angka (1,2,3,dst) sebaiknya disertai dengan jumlah bendanya atau gambar. Misalnya “ini ada 2 apel, dek”, lalu disampingnya diletakkan angka 2. Hal ini dilakukan agar anak paham konsep jumlah.

3. Penghitungan sederhana.        

          Anak bisa dikenalkan pada penghitungan sederhana berupa penjumlahan dan pengurangan. Caranya antara lain, lewat nyanyian, seperti, “Satu ditambah satu sama dengan dua. Dua ditambah dua….” atau lagu-lagu lain yang orangtua dapat ciptakan sendiri. Bisa juga dengan mengajak anak bermain “tambah kurang”. Contoh, “Ibu punya dua buah jeruk (sambil jeruknya diletakkan di hadapan anak), lalu Adek memberi Ibu satu buah jeruk lagi. Jadi berapa ya jeruk yang Ibu punya?” Itu mengenai konsep penjumlahan. Begitupun dengan pengurangan. Contoh, “Di meja makan ini ada 5 kue. Adek ambil satu untuk dimakan, tinggal berapa ya kue di meja sekarang?”